Poligami Yes Poliandri No

Imam Mahmud Bin Amr az-Zamakhsyariy (wafat tahun 538 Hijriyah) tokoh besar di kalangan mu’tazilah yang merupakan pakar bahasa dan ahli tafsir yang kondang dengan julukan Jarullah (bermuqim di Makkah) pernah ditanya orang: “Jika lelaki dibolehkan berpoligami (beristri lebih dari satu), mengapa perempuan dilarang melakukan poliandri (bersuami lebih dari satu)? Beliau menjawab dengan kaidah ilmu Nahwu (gramatika Bahasa Arab):

ﻳﺠﻮﺯ ﺗﻌﺪﺩ ﺍﻟﻤﻔﻌﻮﻝ ﺑﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻭﻻ ﻳﺘﻌﺪﺩ ﺍﻟﻔﺎﻋﻞ

Artinya: Dalam kalimat Bahasa Arab satu Fiil (kata kerja) dilarang memiliki lebih dari satu Fail (subjek) tetapi boleh memiliki banyak Maf’ul (objek).
Dalam Bahasa Arab, Perempuan laksana Maf’ul (objek) dan lelaki sebagai Fail (subjek). Abu Ali al-Farisiy dalam Syarh al-Idhah menyebutkan:

ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻠﻔﻌﻞ ﻓﺎﻋﻼﻥ

Artinya: Sulit dibayangkan bila satu kata kerja memiliki dua subjek. (dari segi I’rab bukan ma’na).

Kata orang Betawi: “Lelaki ibarat teko, perempuan tak ubahnya bagaikan gelas”. Kalau teko wajar punya atau mengisi banyak gelas. Tetapi gelas kaga pantes diisi oleh banyak teko lain. Sebab kalo satu teko memiliki gelas 4, sudah bisa diyakini isi gelas sama dengan isi tekonya. Tapi kalo satu gelas, tekonya banyak sedangkan isi teko lain-lain ada yang isinya es kelapa, kopi, temulawak, saparilla bila kumpul semua dalam satu gelas entah jadi apa namanya yang jelas kaga karu-karuan rasanya. Itu kalau memang, masing-masing teko isinya yang enak-enak, tapi jika ada satu teko yang isinya oli atau gemok bisa beracun rusak semua.
Seorang Lelaki bila punya Istri lebih dari satu, bapak atau BIN (nasab) dari anak yang lahir dari istri-istrinya mudah diidentifikasi. Berbeda dengan seorang istri punya banyak suami, maka nasab anak yang lahir bisa disebut Fulan Bin Rame-rame.😃