ORANG ITU karya: Nizam Al-Kahfi PKB
Aku melihat orang itu. Ia memiliki bekas luka segar di bawah mata kirinya. Semalam aku bergaduh dengannya. Tapi itu hanya mimpi. Aku bangun pagi ini dan berasa lelah. Aku tidak ingat mengapa kami bergaduh. Aku ingat memukulnya dengan kepalanku di bawah mata kirinya. Ia memiliki tubuh yang kekar; di alam nyata ia mungkin akan menghentam aku sehingga babak belur. Dalam mimpiku, aku melakukan apa saja yang aku suka. Mata kami bertemu. Aku berkelok-kelok ke dalam orang ramai untuk melarikan diri darinya. Ia membuntutiku lalu menyambar pergelangan kiriku.
"Tunggu," katanya. "Saya percaya ini adalah milikmu."
Ia mengunjuki sebuah dompet. Sekarang aku ingat, dompet itu jatuh dari sakuku di dalam mimpi. Aku terbangun sebelum sempat memungutnya kembali. Aku mengambil dompet itu dan mengucapkan terima kasih.
"Mengapa kita bergaduh?" katanya.
"Saya tertanya-tanya juga, tapi itu hanya mimpi," kataku.
Aku memeriksa dompetku. Ada dua puluh juta di dalamnya. Aku memberinya sepuluh juta.
"Terima kasih." katanya. "Apakah kita masih dalam mimpi?"
"Saya tidak tahu," kataku.
ORANG ITU
karya: Nizam Al-Kahfi PKB
Aku melihat orang itu. Ia memiliki bekas luka segar di bawah mata kirinya. Semalam aku bergaduh dengannya. Tapi itu hanya mimpi. Aku bangun pagi ini dan berasa lelah. Aku tidak ingat mengapa kami bergaduh. Aku ingat memukulnya dengan kepalanku di bawah mata kirinya. Ia memiliki tubuh yang kekar; di alam nyata ia mungkin akan menghentam aku sehingga babak belur. Dalam mimpiku, aku melakukan apa saja yang aku suka. Mata kami bertemu. Aku berkelok-kelok ke dalam orang ramai untuk melarikan diri darinya. Ia membuntutiku lalu menyambar pergelangan kiriku.
"Tunggu," katanya. "Saya percaya ini adalah milikmu."
Ia mengunjuki sebuah dompet. Sekarang aku ingat, dompet itu jatuh dari sakuku di dalam mimpi. Aku terbangun sebelum sempat memungutnya kembali. Aku mengambil dompet itu dan mengucapkan terima kasih.
"Mengapa kita bergaduh?" katanya.
"Saya tertanya-tanya juga, tapi itu hanya mimpi," kataku.
Aku memeriksa dompetku. Ada dua puluh juta di dalamnya. Aku memberinya sepuluh juta.
"Terima kasih." katanya. "Apakah kita masih dalam mimpi?"
"Saya tidak tahu," kataku.
© cerita-secangkir-kopi-pkb-Nov2014