Dalam kehidupan sehari - hari, banyak sekali ambiguitas yang kita temukan sehingga multi tafsir terhadap suatu hal sangat lumrah terjadi. Analoginya seperti sebuah donat. Donat di persepsikan sebagai sepotong kue berbentuk bulat dengan diameter sekitar 10 cm dan ada bulatan di tengahnya. Namun kenyataannya ada begitu banyak bentuk dengan rasa dan bahan yang sama namun tetap juga dinamakan donat. Pertanyaannya manakah yang benar?
Begitulah sering sekali kita menafsirkan realitas kehidupan. Kita cenderung memaknai sesuatu berdasarkan persepsi general, bukan berdasarkan hakikat dasarnya. Inilah yang melahirkan berbagai macam keberagaman dan pola pemikiran. Hal inilah yang memicu banyak sekali klaim kebenaran.
Dikemudian hari, keberagaman dan banyak sekali klaim kebenaran ini akan menimbulkan gesekan, terutama saat dikolaborasikan dengan keogoisan dan merasa paling benar. Konflik ini kemudian membesar dan menjadi masalah besar dalam kehidupan sosial yang majemuk.
Lantas kita harus bagaimana?
Solusinya, segala sesuatu kita harus kembali ke hakikat kebenarannya. Dan cara satu - satunya adalah bertabayyun atau maksudnya mudahnya adalah terus belajar dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan atas segala sesuatu.
Ibarat sebuah donat, maka kita harus mengetahui bagaimana suatu kue itu dinamakan donat.
Jadi ada yang tau tidak apakah donat itu harus bulat dan ada lubangnya?
Mantaap dayaat terus semangat