TIDAK seperti biasanya, hari ini Kurniadi bersiap lebih awal untuk melaksanakan ibadah salat Jumat. Ia sudah terlihat rapi dengan peci, baju koko warna putih dan kain sarung kotak-kotak. Biasanya Ia baru melangkah ke masjid saat azan pertama berkumandang.
Tapi hari ini Kurniadi merasa hatinya agak gundah. Karena itu Ia memutuskan berangkat lebih awal untuk bisa menenangkan diri di dalam masjid. Ia hendak berzikir lebih lama dan berniat iktikaf lebih awal, sebelum rangkaian ibadah salat Jumat dimulai.
Dengan beribadah lebih lama, selain berharap bisa menenangkan hatinya, pemuda pengangguran yang sudah dua tahun lulus kuliah ini juga ingin berdoa agar Ia segera mendapatkan pekerjaan. Pemuda ini sesungguhnya termasuk anak yang baik dan tekun. Ia juga termasuk pemuda yang rajin dan memiliki hubungan sosial yang baik dengan sesama warga kampungnya.
Namun soal nasib dalam memperoleh pekerjaan, sepertinya Kurniadi lah yang paling malang. Semua teman sebayanya di kampung sudah bekerja. Bahkan ada yang sudah menikah, karena sudah merasa mapan. Namun bukan tidak pernah berusaha, justru Ia paling rajin mengirim lamaran setiap kali mendengar atau membaca ada lowongan kerja. Tapi belum satu pun perusahaan menerimanya.
Saat memasuki halaman masjid, Kurniadi mulai merasakan ketenangan. Perlahan Ia melangkah dan masuk ke dalamnya. Jemaah yang ada di dalam masih sedikit. Masih banyak saf yang belum terisi. Pemuda bertubuh tinggi dan tegap ini memilih saf di tengah dan dekat dengan dinding.
Usai melaksanakan dua rakaat salat sunat, Kurniadi tak lupa niat iktikaf. Ia juga khusyuk mendengarkan, ketika khatib naik ke mimbar dan menyampaikan tausiah singkat. Kekhusyukannya belum menurun bahkan hingga salat Jumat selesai.
Ia pun keluar masjid dan berniat untuk pulang ke rumahnya. Setelah beberapa langkah berjalan, tiba-tiba terdengar suara riuh. Beberapa orang berteriak maling-maling. Kurniadi menoleh. Ia melihat seorang pemuda ceking lari ke arahnya. Di tangannya ada sepasang sandal.
Orang-orang di belakang pemuda lusuh itu menunjuk-nunjuk sambil berteriak maling-maling. Refleks, Kurniadi mengangkat kaki kanannya untuk menghalau pemuda yang diteriaki banyak orang itu. Bruuuuk. Pemuda itu terjengkang ke tanah. Ternyata lutut kanan Kurniadi yang kekar itu mengenai tepat di ulu hati si pemuda ceking.
Orang-orang yang mendekat, seperti berterima kasih padanya karena berhasil melumpuhkan pemuda yang tadinya diteriaki maling. “Dia malingin sandal saya,” ujar seorang pria paruh baya.
Tapi si pemuda yang mencuri sandal itu masih belum bergerak. Kurniadi merasa iba. Ia coba angkat tubuhnya, tapi tidak juga bergerak. “Mungkin Dia pingsan,” ujar salah satu jemaah lainnya.
Kurniadi meletakkan telunjuk di depan hidung si pemuda. Tak ada embusan udara yang keluar dari hidungnya. Dengan cepat Ia meraba lengan si pemuda itu, juga tak ada denyut nadi. Kurniadi seketika berubah pucat. Ia takut pemuda yang dihalau ini meninggal.
Beberapa jemaah lain mendekat, saling memeriksa. Mereka saling melepas pandangan. Ada kecemasan di wajah-wajah mereka. Kemudian satu jemaah mengucapkan innalillahi waiinna ilaihirajiun. Pemuda itu ternyata benar-benar sudah meninggal.
Kabar meninggalnya pencuri sandal ini cepat menyebar ke seluruh sudut desa. Orang-orang yang bercerita tentang peristiwa itu, tak lupa menyelipkan nama Kurniadi sebagai pelaku yang ‘melumpuhkan’ si pencuri.
Polisi berseragam datang untuk memeriksa. Kurniadi dibawa ke kantor polisi. Hasil pemeriksaan, Kurniadi dinyatakan bersalah karena bertindak hingga menyebabkan orang lain kehilangan nyawa. Ia diancam hukuman penjara maksimal 6 tahun.
**
Di dalam ruang tahanan polisi, Kurniadi memegang telepon genggamnya. Ia menulis sesuatu dan terlihat cukup panjang. Tulisan itu berisikan curhatan hatinya.
Saya tidak paham apa yang sedang saya alami.
Dari masjid ke dalam penjara
Karena pemuda yang melarikan sandal jemaah
Saya belum begitu mengerti tentang nasib
Inikah bagian dari nasib itu
Yang membawa saya ke dalam jeruji ini
Tapi sepertinya tidak
Saya yakin ini ujian
Ujian kesabaran dari semua usaha yang sudah saya jalani
Kesabaran untuk menunda bekerja di kantoran
Berpindah ke sel tahanan
Ini bukan kebetulan
Bukan tanpa alur dan skenario
Ini pasti jalan hidup yang berliku dan terjal
Untuk tiba di sebuah tempat dan masa yang indah
Semoga.
Kisah yang bagus ketika berada dalam penjara Kurniadi mendadak sadar, bagus. Bagaimana jika sedang menjalani hukuman masih engak sadar juga. Semoga Allah mengampuni dosa Kurniadi. Salam KSI bang @zainalbakri sukses selalu.
zainal akan makin gawat dan selalu gawat
Di mesjid ada pencuri sendal.
Dan pencuri celengan
Cuma dengan hanya mengandal lutut bisa membuat orang meninggal.
Apalagi kalau pakai telapak tangan, apa jadinya bg @zainalbakri.
siip cerita yang bagus :)
Saya yakin kurniadi tampa unsur kesengajaan. Reflek anggota badan karna pengaruh kondisi saat itu. Semoga kurniadi tabah menjalani hari harinya. Mungkin ada hikmah yang sangat besar dibalik peristiwa dan dibalik jeruji penjara untuk kurniadi yang mungkin orang tidak mengetahuinya. Kisah yang sangat mengejutkan bagi saya. Dari mesjid ke penjara.
Memang berkelas....salam tabik@zainalbakri
Di kampung saya @zainalbakri, orang yang sering mencuri sandal di masjid ditugaskan menjaga sandal da diberi honor. Alhamdulillah, sejak itu sandal tidak pernah hilang lagi. Tapi yang hilang sepeda motor.
Di kampung saya @zainalbakri, orang yang sering mencuri sandal di masjid ditugaskan menjaga sandal da diberi honor. Alhamdulillah, sejak itu sandal tidak pernah hilang lagi. Tapi yang hilang sepeda motor.