Sungguh, aku tidak menerima keadaan seperti ini Mak. Ini sungguh menyakitkan, sampai hatiku nyaris tenggelam dalam kedungunganmu Mak. Tapi, aku masih mencoba menyisakan sedikit ruang untukmu, meski ia tidak lagi utuh. Dalam ruang itu kucoba lagi kulanjutkan rintihan ini. Sebelum aku kau pasungkan. Aku sempat bercerita kepada si Umar. Aku menceritakan semua yang kudengar di rangkang itu. Tapi sayang Mak, dia begitu lemah dan takut kepada si Mahdi yang bertubuh tambun itu. Sia-sia saja aku ceritakan perihal tersebut kepadanya. Mungkin si Mahdi sudah banyak mendapat dukungan dari pemuda-pemuda sekepala dengannya.
Hari ini si Umar datang lagi ke gubuk jahanam ini. Dia berkata “Mahdi sudah mendapatkan dukungan dari tetua-tetua-kampung untuk menggulingkan Kepala Desa Rahman Hamid. Tinggal menunggu waktu saja, Teungku Rahman Hamid lengser.” Hatiku sedih dengan pernyataan si Umar. Kemudian aku berkata, “tidak ada usahakah untuk mempertahankan posisi Rahman Hamid?” Dia menggelengkan kepala dan beranjak pergi. Benar dugaanku Mahdi telah mendapat banyak dukungan. Aku tidak bisa melakukan apa-apa Mak, karena kakiku masih terkurung dalam lobang kayu mati terkutuk ini. Kau hanya datang saat mengantarkan makanan. Lalu pergi begitu saja, tak mau kau dengarkan lagi kata-kataku, kata-kata anakmu. Kenapa Mak? Sebegitu bencikah kau kepadaku. Seharusnya aku yang membencimu karena kau telah melakukan kesalahan besar kepadaku. Tapi aku tidak tega membencimu karena kaulah yang melahirkanku ke dunia ini. Walaupun hanya beberapa tahun aku melihat matahari bersinar dan goyangan dedaunan, itu sangat berjasa bagiku. Sekali lagi Mak aku tidak gila.
Dalam setahun ini. Aku sudah berteman dengan nyamuk. Mereka begitu akrab denganku sekarang. Badanku pun sudah membenci air. Daki melekat di setiap lekuk tubuh kurusku. Aku sangat kurus sekarang Mak. Tidak seorang pun yang ingin hidup seperti ini. Hidup di pasungan memang benar-benar tak menyenangkan. Tapi kurasa kau belum mengerti. Kunyakin si Mahdi sering datang ke rumah kita untuk memompa isu-isu kegilaanku dengan tujuan rahasia busuk mereka tidak terungkap. Mahdi dan kawan-kawannya begitu takut betul bila aku bebas dari pasungan ini.
Mak, ini malam pertama tahun 2010. Setahun lebih setengah hari aku berada di pasungan. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah di samping gubuk pasunganku. Aku curiga si Mahdi mencoba menakut-nakuti ku. Dia dan kawan-kawannya berpikir aku takut. Aku tidak takut lagi Mak. Aku sudah berani sekarang. Aku tidak takut apa-apa lagi sekarang karena aku lebih menghargai kematian daripada hidup di pasungan terkutuk ini. Kukira sama saja antara hidup di pasungan dengan kematian. Toh, hidup di pasungan tidak bisa menjenguk dunia luar, juga di alam kubur aku tidak bisa naik menyentuh helaian daun bumi. Ternyata benar dugaanku. Mahdi, Syafii, Azman dan Karim masuk ke gubuk celaka ini. Dia mengejek-ngejek penderitaanku. Mahdi berkata begini, “Rasain kau. Begitu kuat pengaruhku bukan? Kau berhasil kuseret ke pasungan ini.” Kemudian mereka tertawa terbahak-bahak hingga perut mereka mengeras. Wajah mereka begitu samar-samar karena cahaya lampu minyak begitu temaram. Sakit hatiku bukan main Mak di saat ejekan mereka kudengar. Mereka begitu senang dengan penderitaanku. Alangkah jahanamnya manusia-manusia itu yang menari di atas penderitaanku. Setelah lelah mereka mengejekku mereka pergi. Sepeninggal mereka kebencianku mulai memuncak. Ingin kubunuh mereka ekor per ekor. Kubabat habis kepala-kepala mereka. Tapi pasungan ini meredakan kebencianku.
Pasungan ini telah membuat hatiku terpenjara pula. Hanya pikiranku saja bermain-main di angkasa lewat lobang-lobang daun rumbia. Aku telah melupakan kejadian semalam. Kunjugan mereka benar-benar membuatku tak tentram lagi. Hatiku kini tercabik-tercabik dan tak sanggup kuleraikan cabikan itu. Mak! Kau sudah tahu aku ini anak mu satu-satunya. Hanya satu permintaanku kepada engkau Mak. Tolong kau lepaskan aku karena aku tidak gila. Dan izinkan aku untuk membela Kepala Desa Teungku Rahman Hamid dari cepreten tindakan jahanam si Mahdi dan sekondannya itu. Tolong Mak. Kalau tidak mungkin kau lepaskan aku, tidak lama lagi si Mahdi akan menjadi Kepala Desa Bungong Jeumpa. Dan jadilah kampung kita seperti jaman jahiliyah dulu. Bila itu terjadi jangan kau salahkan aku Mak. Karena suara kebenaran yang dulu aku ungkapkan keluar dari mulut orang yang dianggap gila. Memang dunia ini sudah terbalik ke dalam jurang kelicikan dan keburukan. Bila kau tidak bebaskan aku, maka sekalian saja kau tusuk aku dengan pedang ayah. Biar aku temukan alam lain, yang mungkin lebih baik dari alam terkutuk ini. Satu lagi harus kau ingat Mak. Orang jujur tidak boleh lagi menghuni bumi Tuhan ini. Sudah berubah kiranya Mak! Orang-orang licik kini lucut bebas mengenggam bumi Tuhan ini!
Hard bondage symbol.
Seandainya mak menyaksikan saat mahdi dan kedua kawannya masuk ke gubuk, dan mengejek anaknya, pasti mak akan menyesal dan menangis sejadi-jadinya, lalu kemudian membuka pasungan yang sudah terkunci itu. Terkadang begitulah hidup di dunia ini, sulit sekali memperjuangkan keadilan, bahkan orang yang benar pun bisa di buat jadi salah.
Salam bang @abduhawab
ya betul midi, terima kasih telah membaca cerita sederhana saya
Sama-sama bang @abduhawab
Saya suka membaca cerita seperti ini, saya juga berharap bang @abduhawab mau menulis lagi kisah-kisah seperti cerita malam ini.
Banyak pesan moral dan pelajaran hidup yang saya dapat dari cerita fiksi yang bang @abduhawab tulis👍👍👍
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq