Kerajinan Tangan Menenun Noru Tama
Rokirole adalah sebuah desa yang berada di kecamatan Palue, Kabupaten Sikka – Flores NTT. Rokirele terlepas dari status sebagai sebuah desa juga merupakan sebuah wilayah adat yang memiliki berbagai seni tradisi yang sangat unik dan menarik untuk dikunjungi. Salah satu yang menonjol dan menjadi fenomena di Rokirole dewasa ini adalah kebudayaan tenun ikat yang makin marak ditekuni.
Tenun adalah identitas pusaka tradisi perempuan. Namun, lebih dari itu tenun ikat juga menyimpan jejak pengetahuan, bahkan asal usul yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Keindahan tenun ikat menyatu dalam kehidupan masyarakat Rokirole. Warna-warni tenun ikat selalu hadir dalam berbagai ritual adat.
Gadis Rokirole belajar Menenun: Polo Kabha
(salah satu tahapan dalam menenun taraf sederhana membuat batu benang: Kabha Watu)
“Gadis Rokirole Tidak Boleh Kawin” ini bukan hanya sebuah pernyataan ngambang. Kenyataan ini dikonstruksikan oleh adanya aturan adat yang menyatakan bahwa di masa lalu syarat bagi seorang perempuan menikah atau hidup berumah tangga adalah “Harus Pandai Menenun” karena ia harus mempersembahkan kepada sang suami dan keluarga pria dari hasil tenunannya sendiri. Selain itu juga untuk mengukur tingkat kedewasaan atau kematangan seorang wanita sebelum berumah tangga.
Proses Pewarisan Tenun Ikat
Membaca ‘Tenun’ dan ‘perempuan’ merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi karena gambaran diri seorang perempuan dapat dilihat dari selembar tenunan. Menenun bagi perempuan Rokirole merupakan sebuah tradisi yang diwariskan. Proses menenun merupakan ritual sakral terutama bagi perempuan; sejak dari pencarian bahan baku kapas dan zat pewarna, pemintalan benang, proses pewarnaan hingga penenunan memiliki ritual yang dijaga.
Tenun ikat menjadi begitu penting karena memuat bentuk/simbol, isi, fungsi dan arti dari seni tenun yang ditampilkan dalam “kepribadian seorang perempuan”. Tenun menjadi keterampilan yang jamak dikerjakan oleh seorang perempuan, karena seni tenun hanya dikerjakan oleh perempuan bukan menjadi pekerjaan laki-laki yang bagi masyarakat Rikirole dianggap tabuh.
Kehormatan seorang perempuan didapat dari kain tenun yang dibuatnya karena sikap dan dedikasi yang dibangunnya. Selain itu tenun ikat pun memberi makna dan fungsi yang berganda yaitu sebagai busana dalam tarian adat dan uapacara adat, sebagai pemberian dalam upacara adat kelahiran dan kematian, sebagai alat untuk membayar hukuman jika terjadi kesalahan dalam kehidupan sosial dan adat, sebagai alat transaksi atau jual beli dan sebagai penghargaan terhadap tamu-tamu yang datang. Dengan demikian seniwati menyadari nilai lambang atau makna filosofis dan nilai real karya sehingga ia termotivasi untuk selalu menenun demi menjaga kelestariannya.
sobat steemit,
“Mau kawin??? Ayoooo Belajar Menenun!!!
Teruslah menjaga kekayaan ini kawan, ini luar biasa, kalau bukan kita siapa lagi.
Salah satu cara menjaga adalah dengan menulis agar kelak bisa jadi salah satu sumber belajar bagi generasi yg akan datang.
Congratulations @regi! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of comments received
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP