Semua wilayah di dunia memiliki budaya. Semua suku di bumi ini memiliki budaya mereka sendiri. Meskipun dalam satu suku, tetapi tempat dan lokasi yang berbeda, akan ada perbedaan budaya yang sedikit. Dalam berbagai referensi kami menemukan bahwa gagasan tentang budaya adalah pola hidup yang berkembang, dan dibagi oleh komunitas manusia, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Pembentukan budaya yang terjadi secara alami dari berbagai elemen kehidupan termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, alat-alat pertukangan, makanan, pakaian, bangunan, dan karya seni. Semua elemen ini akan menjadi ciri suatu daerah atau kelompok etnis. Misalnya kita lihat di Aceh ada seni rapa-i. Setiap daerah di Aceh memiliki ciri khas tentang cara memainkan rapa-I itu sendiri. Ada area yang menyerang rapa-aku dalam posisi berdiri, di mana syair-aku digantung dan dipukuli. Ada area yang memainkan rapa-aku duduk dalam lingkaran. Ada juga orang yang memainkan rapa-saya ditemani oleh aksi debus (top daboh, bahasa Aceh) dan tarian.
Kebudayaan perlu dijaga dan dipelihara. Karena budaya itu dinamis. Ada budaya yang semakin hari semakin bertambah, tetapi ada juga budaya yang semakin memudar. Masih di Aceh, saya memberikan contoh buah petani sunat (sunnah rasul). Latihan sunat dimulai dengan serangkaian kegiatan sederhana. Di malam hari ada tahlilan dan Khatam Al-Quran oleh sejumlah pemimpin agama, tamu undangan, dan anak yang akan disunat. Kemudian sang anak diberi sejumlah hadiah dari tamu undangan dan orang tua. Keesokan harinya anak dibawa ke klinik atau praktek medis untuk disunat.
Namun hari ini kita melihat bahwa rangkaian kegiatan sunat anak lebih meriah dan semakin dibesarkan. Di malam hari ada tahlilan dan Khatam Al-quran oleh sejumlah pemimpin agama, tamu undangan, keluarga dan anak-anak yang akan disunat. Besok ada pesta dan perayaan, di mana banyak tamu diundang. Perayaan hari ini diadakan seperti pesta pernikahan, bahkan lebih. Sianak diminta duduk di lorong, tamu yang datang dapat melihat dan memberikan ucapan selamat dan hadiah. Setelah itu, dalam beberapa hari kedepan khitan baru dilakukan di medis atau klinik. Jadi, kami melihat tambahan untuk rangkaian kegiatan. Yang membuat rangkaian kegiatan sunat menjadi lebih meriah dan dibesarkan.
Di sisi lain kita bisa melihat ada juga budaya Aceh yang redup. Seperti beberapa game legendaris. Misalnya, permainan geum-geum . Game ini sangat populer di Aceh pada era 1960-an. Dan sedikit catatan yang menceritakan tentang awal munculnya game ini. Tapi saya yakin, game ini sudah ada sejak kerajaan Aceh. Namun, kami benar-benar kasihan karena permainannya kurang terawat dan lebih tidak diperhatikan. Sehingga hanya sedikit orang Aceh yang tahu dan mengerti cara memainkan game ini.