Saat merapikan kamar dan menata kembali buku-buku yang berserakan, kutemukan kembali buku Ada Apa di Bulan Sya'ban karya Abuya Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki yang berjudul asli Maaza fi Sya'ban?. Tak terasa, hari terus berganti dan tibalah kembali kita di bulan mulia, bulan Sya'ban. Bupan yang sering dilupakan antara Rajab dan Ramadhan, kata Baginda Rasul.
Sahabat.... Memang kemulian setiap zaman itu bukan karena kemuliannya sendiri, melainkan peristiwa apa yang terjadi di dalamnyalah yang menjadi barometer kemulian zaman itu. Nah, dalam buku tersebut Abuya mengupas terkait bulan Sya'ban dan bagaimana memuliakannya.
Sebelum Sya'ban tiba, kita telah melewati bulan Rajab dan sebelumnya ada 4 bulan di mana kita memperingati kelahiran Rasulullah dan memperbanyak selawat selama bulan itu. Perlu saya tuliskan di sini, bahwa berselawat itu bukanlah ibadah yang dikhususkan dalam 4 bulan itu. Tetapi karena di dalam bulan tersebut ada peristiwa yang menjadikan bulan itu mulia dan oleh kaum muslimin merayakan kemulian itu.
Nah, sebelum melanjutkan ke pembahasan Sya'ban, sebentar kita jelaskan terkait apakah alasan perayaan maulid hingga 4 bulan? Apakah Nabi lahir beberapa kali? Bukan. Melainkan ada beberapa pendapat yang mengatakan bulan lahirnya Nabi. Dan sekali lagi perlu saya tegaskan bahwa ibadah dalam bulan itu bukanlah karena bulannya.
Memperbanyak selawat bukan ibadah khusus bulan maulid. Bahkan, ayat perintah berselawat diturunkan di bulan Sya'ban. Demikian buku Abuya ini menjelaskan.
Ayat yang sudah tak asing di telinga kita, yaitu surat Al-Ahzab yang bunyinya: Innallaha wa mala-ikatahu hingga seterusnya itu turun dalam bulan Sya'ban.
Perpalingan kiblat dari Masjid Aqsa ke Ka'bah juga terjadi di bulan ini. Penetapan segala taqdir selama setahun juga ditetapkan dalam bulan ini. Pergantian buku amalan juga dalam bulan ini.
Nah, karena banyak sekali peristiwa agung itulah menjadikan bulan Sya'ban mulia.
Mari kita beribadah lebih giat lagi di bulan ini dengan semangat peristiwa-peristiwa itu. Wallahul Muwafiq....