Mesjid Poteumeuruhom merupakan salah satu mesjid yang terdapat di Gampong Pulo Mesjid Kemukiman Busu Kabupaten Pidie, mesjid ini juga menjadi kebanggaan masyarakat Busu dikarenakan mesjid bersejarah, masyarakat Busu meyakini mesjid Poteumeuruhom ini dibangun oleh Poteumeuruhom yang merupakan raja Aceh terdahulu bersama kerajaan Pasai. Bangunan mesjid ini tergolong tidak megah pada awalnya, hanya saja terdapat banyak tiang dan sebuah kubah besar ditengahnya, namun sekarang ini semenjak mesjid itu di renovasi mesjid ini menjadi salah satu mesjid yang megah di kemukiman busu tersebut dan di sekelilingi mesjid Pouteumeuruhom dikelilingi oleh persawahan.
Menurut keterangan yang saya wawancarai petugas penjaga mesjid ataupun bilal mesjid menuturkaan bahwa “Awalnya di sini tidak ada perkampungan penduduk. Konon pemukiman penduduk dibuka oleh Poteumeureuhom yang datang dari Parang Sembilan daerah Pasai” adapun jalur rombongan raja yang dilalui nya itu berjarak 500 meter dari mesjid tersebut dan masyarakat setempat mempercayai bahwa jalur tersebut merupakan jalur yang mengubungkan Lhokseumawe-Banda Aceh saat ini, hanya saja pada saat penjajah Belanda tidak mengunakan jalur tersebut hingga saat ini jalan yang sering kita lewati merupakan jalan lintas yang dibuka oleh Belanda, sehingga jalur yang dilewati oleh Raja-Raja terdahulu telah hilang.
Saat datang ke daerah ini, kata penjaga Mesjid, Poteumeuruhom menggunakan kendaraan gajah putih. Dia tidak mengingat persis tahun berapa itu terjadi dan kapan masjid ini pertama sekali dibangun. Menurut cerita turun temurun, kata dia, orang-orang dari Pasai lah kemudian menetap di kampung ini. Hal ini dibuktikan sekitar 300 meter ke arah timur masjid ada tanah hutan belukar yang namanya Lampoh Raya, dan Lampoh Raya itu merupakan terdapat dikampung saya yang berdekatan dengan Mesjid tersebut. Katanya, Berdasarkan penuturan Penjaga Mesjid tersebut, di sana ada pemakaman yang nisannya banyak berukir milik Pasai. Salah satunya adalah makam Ratna Wangsa. Namun, kata dia, masyarakat sekitar tidak mengetahui siapa Ratna Wangsa dan siapa saja yang dikuburkan di Lampoh Raya tersebut. "Mereka hanya mengetahui bahwa masjid ini didirikan oleh Poteumeuruhom, orang orang Pasai dan penduduk di sekitar ini." Menurut pandangan saya disini mengapa masyarakat sekitarnya tidak mengetahui selain dari siapa Poeteumeuruhom dikarenakan nenek-nenek mereka tidak menceritakan kepada cucunya sehingga yang terjadi saat ini ialah kurangnya pengetahuan sejarah tentang Mesjid Poeteumeuruhom yang dibanggakan masyarakat tersebut.
Menurut penuturan bilal Mesjid Poeteumeuruhom dan saya lihat juga di dalam Mesjid tersebut ada bekas telapak kaki Poteumeuruhom. Jejak itu hingga kini masih ada di dalam masjid yang dijaga dan dilestarikan. Agar terjaga keasliannya pertapakan tersebut sengaja tidak dibeton di lantai masjid dengan luas sekitar 50 kali 30 centimeter. Hanya ditutup dengan lapisan kayu. Selain itu juga katanya di samping masjid juga terdapat bekas kubangan gajah milik Poteumeureuhom. Namun sayangnya kubangan itu kini tidak membekas lagi.
Terlepas dari ke-sejarah-an yang dimiliki oleh mesjid ini, masyarakat setempat juga meyakini mesjid ini “Keramat” ataupun sakral, dikarenakan banyak masyarakat yang berdatangan ke Mesjid ini bukan hanya untuk solat, namun untuk bernazar hingga melepas nazar pada mesjid ini karena diyakini mesjid ini memeliki keberkahan tersendiri. Disetiap hari jumat, tepatnya pada setelah Solat Jumat khususnya bagi laki-laki pada saat turun dari mesjid, sebagiannya mencuci muka mengunakan air yang telah disediakan setiap hari jumat dan telah diberi doa ataupun telah di “peusijuk” dan dianggap mempunyai kekuatan tersendiri pada air tersebut, dan tradisi ini masih dilakukan dan diyakini oleh masyarakat setempat. Bahkan dari dulu hingga sekarang ini bukan hanya masyarakat Busu yang berdatangan ke Mesjid Poteumeuruhom, namun masyarakat dari luar Busu juga berdatangan untuk bernazar dan melaksanakan solat jumat disini.
Pada awalnya Generasi pertama yang dibangun oleh Poteumeuruhom sudah dirobohkan sekitar awal tahun 70-an dan dibangun kembali lebih besar. "Seandainya yang aslinya tidak dirobohkan, tentu generasi sekarang masih bisa melihat masjid peninggalan Poteumeureuhom tersebut," namun yang masih terdapat peninggalan asli dari mesjid Poteumeuruhom adalah mimbar khatib yang sampai sekarang masih dipertahankan kata penjaga mesjid.
Kembali lagi kepada perjalanan Poteumeuruhom, menurut keterangan penjaga mesjid bahwa Poteumeuruhom hanya menetap beberapa saat ditempat ini kemudian meneruskan perjalananya ke daerah Aceh lainnya. Beliau meninggal dan dimakamkan di Lamno Kabupaten Aceh Jaya.
Letak persis Mesjid Poteumeuruhom ini sekitar enam kilo meter dari arah Kota Beureunuen dan tujuh kilometer lagi menuju kampus Jabal Ghafur Glee Gapui Sigli.