Kemarin, serasa tak semenitpun terbuang dengan percuma. Dari jam 9 30 sampai jam 12.00 wib bersama rekan-rekan selokasi tugas menyisir sudut-sudut perkampungan gampong Paya Dua yang terletak disisi kiri kanan jalan PT. KKA yang sekarang menjadi jalan alternatif ke Kabupaten Benar Meriah. Desa Paya Dua merupakan salah satu desa dari 9 desa yang termasuk dalam Kecamatan Banda Baro. Yang rata-rata desa masih menyandang status sebagai desa tertinggal. Status ini merupakan hasil dari pendataan yang dilakukan oleh pendamping desa dalam pendataan IDM desa beberapa waktu yang lalu.
Setelah beristirahat sejenak untuk melepas lelah, jam 14.00 tepat saya dan kawan-kawan kembali bergerak menyusuri persawahan yang ada di sekitar daerah gampong Paya Uleue. Gampong yang hanya mempunyai 2 dusun namun mempunyai potensi lahan persawahan yang begitu luas. Namun sangat kekurangan air untuk mengairi areal persawahan mereka.
Sudah lama masyarakat dalam Kecamatan Banda Baro berharap agar Waduk Teupin Kebeu dan Daerah Irigasi (DI) Jamuan dibangun, namun sampai saat ini belum direalisasikan juga. Padahal usulan tersebut merupakan usulan yang sangat prioritas tingkat Kecamatan dan setiap tahun dimasukkan dalam Musrembang Kecamatan dan Musrembang Kabupaten dari tahun 2010 saat itu saya bertugas disana sebagai Fasilitator Teknik Program PNPM sampai saat ini belum ada 20 % dari rencana pembangunan yang telah direalisasinya. Hanya pembebasan lahan dan pembentukan waduk Teupin Keube yang telah terealisasi.
Hal tersebut dirasaikan sia-sia dan tak bermanfaat bagi masyarakat karena tidak adanya jaringan irigasi yang mengaliri air tersebut keareal persawahan warga. Walau pembangunan waduk Teupin Keube sudah sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai penampungan air.
Dengan mengandalkan penggalian sumur bor pada areal persawahan dapat sedikit membantu masyarakat untuk mengairi areal persawahan, walau dalam jumlah yang masih sangat kurang karena keterbatasan dana. Pembangunan sumur bor dan saluran irigasi tersier merupakan usulan prioritas rata-rata desa dalam Kecamatan Banda Baro dalam beberapa tahun ini setelah masuknya program dana desa. Sebagaian dari usulan tersebut sudah terealisasi. Karena sebagian besar potensi desa yaitu persawahan.
Dengan adanya pembangunan sumur bor yang bersumber dana dari dana desa, masyakarat dapat memanen padi tepat pada waktunya, walau masih ada sebagian warga yang tidak dapat memanen padi akibat kekurangan air.
Perjalanan diakhiri dengan singgah pada sebuah warung kopi ala desa, disanalah kami melepas lelah setelah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan, yang bila ditaksir ada sekitar 3 km dengan berjalan kaki. Warung tersebut menyuguhkan minuman berupa limun Saparilla yang rasanya segar dan tak akan kita jumpai diwarkop eliet atau cafe-cafe mewah yang ada dikota-kota. Kesegarannya begitu terasa ditenggorokan dan mampu melepaskan dahaga yang terasa saat berada ditengah persawahan tadinya.
Narasi yang mengasyikkan untuk dibaca.
Semoga ada perhatian serius dari pemerintah untuk bisa membangun Aliran irigasi air untuk disalurkan ke sawah- sawah warga. Bagus tulisannya dishare saja kak @aspariahmarzuki biar banyak yang baca..
Mantap bu.... Maju terus!