Tanah Gayo; Kopi dan Tari-Land Gayo; Coffee and Dance

in #dance7 years ago

by hanif sofyan-hans acehdigest
Hanif Sofyan_Penari Seribu Tangan_081377199989 resize.jpg

Dynamic motion to follow melodies were rhythmically exuberant drumming, dancers even, making the rhythm full of charm. Rhythmic motion style dancers, simultaneously creating a magical motion thousand hands.

The diversity is amazing, Jejunten Saman, Saman Ngerje, Enjik Saman, Saman Bepukes, and Bejamu Saman, Saman Festival. Saman Serlo Sara Ingi, who danced all night dilaga men, while saman Lo Roa Roa Ingi even seized two days and two nights.

This beautiful dance was born from the central highlands, the best arabica heaven. Illustrates the volatility of the virgin-virgin Atjeh emanating from motion and radiant young face, energetic too dazzling.

Twisted, stretched, ran enjoyed daily in the fertile plains overgrown legendary arabica coffee. Mongoose is the envy of coffee connoisseurs, raise the prestige of the audience.

Gerak dinamisnya riang mengikuti melodi yang berirama tetabuhan, berpenari genap, menjadikan ritmenya penuh pesona. Gerak langgam penari yang berirama, serentak menciptakan magis gerak seribu tangan.

Keragamannya menakjubkan, Saman Jejunten, Saman Ngerje, Saman Enjik, Saman Bepukes, Saman Festival dan Bejamu Saman. Saman Serlo Sara Ingi, yang ditarikan para pria dilaga semalam suntuk, sementara saman Roa Lo Roa Ingi bahkan menyita dua hari dua malam.

Tari indah ini lahir dari dataran tinggi Gayo, syurganya arabica terbaik. Menggambarkan keriangan para dara-dara atjeh yang terpancar dari gerak dan pancaran wajah mudanya, energik juga mempesona.

Meliuk, merentang, berlari menikmati keseharian di dataran yang ditumbuhi suburnya kopi arabica yang melegenda. Kopi luwaknya membuat iri para penyuka kopi, menaikkan gengsi penikmatnya.