Tykn, The Future of Resilient Identity.
Terus terang, ini kali pertama saya mendengar tentang Tykn. Dan sebagai seorang humanitarian worker dan berkecimpung dalam dunia humanity, Tykn ini memiliki daya tarik luar biasa yang menyebabkan saya langsung meluncur ke website official mereka untuk mengetahui tentang start up ini serta project yang diembannya. Dan...?
Dan..., sungguh, saya langsung terkesima, kagum dengan berita-berita tentang sepak terjang mereka, yang dipublished di blog yang disisipkan di dalam website mereka. Rasa kagum dan penasaran yang bertumbuh di hati, juga menuntun saya untuk explore more hingga ke channel youtube-nya mereka. Menonton tayangan-tayangan yang mereka upload di sana, dan salah satu yang memukau perhatian saya adalah ini. Coba deh lihat, sungguh menarik, mengharukan!
Betapa mulia niat mereka ini! Dengan memanfaatkan teknologi blockchain yang berkonsep decentralization, perusahaan yang didirikan oleh Toufic "Tey" Al Rjula ini berusaha untuk membantu para pengungsi, melalui NGOs dan Pemerintah Negara terkait, untuk bisa memiliki kembali dokumen bukti diri/identitas serta dokumen penting mereka yang lainnya, sehingga memiliki harapan dan kesempatan untuk hidup jauh lebih baik, dan memperoleh peluang untuk mendapatkan pekerjaan.
Para pengungsi ini kebanyakan adalah para korban perang/konflik, bencana alam, atau pun korban perdagangan wanita dan anak (children and women trafficking), yang terpaksa meningalkan tanah air/atau daerah tempat tinggalnya, dan harus tinggal di camp-camp pengungsian di negara lain.
Identity is a fundamental human right!
Identitas atau dokumen bukti diri adalah hak azazi setiap manusia. Dia adalah harga mati, yang sudah seharusnya dimiliki oleh siapa pun insan di muka bumi ini, sebagai pengenal dirinya, dan sah serta lengkap administrative di dalam menjalani kehidupannya.
Sayangnya identitas atau dokumen bukti diri ini justru terenggut, karena situasi yang harus mereka alami, baik karena kancah peperangan yang menimpa daerah mereka, atau pun karena bencana dan hal lainnya seperti yang disebutkan di atas tadi, sehingga menjadikan mereka sebagai orang-orang yang hidup tanpa identitas atau dokumen bukti diri yang resmi, sehingga teramat sangat menghambat ruang gerak mereka dalam mengakses jalan kehidupan yang lebih baik.
Proses pengurusan identitas yang hilang atau belum bisa diterbitkan, pengurusan akte kelahiran (bagi bayi/anak-anak yang lahir di kancah perang atau camp pengungsian), sungguh membutuhkan upaya, waktu dan biaya yang tidak sedikit, dan kebanyakan malah berujung kegagalan alias dokumen gagal terbit sehingga menjadikan mereka sebagai orang-orang/anak-anak yang 'tak terlihat' yang secara internasional dikenal dengan istilah the invisible people/children. Sungguh miris!
Mendapatkan identitas seperti akte kelahiran saja, memang tak mudah! Panjangnya prosedur yang harus diurus, dari tempat pengungsian ke tempat tinggal asal, hingga berbagai alasan panjang lainnya, menjadikan banyak pengungsi yang akhirnya hanya bisa mengelus dada, hilang pengharapan. Belum lagi biaya yang harus dibayarkan, yang jelas-jelas merupakan kendala yang sulit dipenuhi oleh para pengungsi, yang notebenenya, tinggal di pengungsian dan tidak memiliki penghasilan tetap.
Mereka terpaksa menjalani kehidupannya tanpa selembar identitas atau dokumen bukti diri. Sungguh menyedihkan. Apalagi di jaman yang semakin maju, di mana identitas atau dokumen bukti diri sangatlah dibutuhkan. Baik untuk mulai bersekolah (bagi seorang anak), bekerja, atau apa pun terkait urusan formal.
Zero Invisible Children (ZINC)
Meyakini bahwa dokumen bukti diri atau identitas adalah hak setiap manusia, Tey, sang founder* start up* Tykn, yang juga adalah seorang mantan invisible man, mengatakan bahwa dirinya tergerak hati untuk memanfaatkan teknologi blockchain, untuk membantu orang-orang yang seperti dirinya, agar bisa memiliki harapan dan peluang untuk hidup jauh lebih baik.
Pengalaman yang dialami oleh Toufic "Tey" Al Rjula, bahwa hidup sebagai invisible men/women/children adalah pedih, membawanya untuk berinovasi. Bersama dengan teamnya, Tey membangun sebuah project bernama Zero Invisible Children alias ZINC yang dijalankan di atas aplikasi blockchain yang dibangunnya. Tujuan utama project ini adalah untuk secara membantu anak-anak tanpa identitas yang terlahir di zona perang/conflict agar secara permanen bisa memiliki kembali dokumen bukti dirinya, sehingga menjadi anak-anak yang lengkap identitasnya. Dengan kata lain, misi utama dari project ZINC ini adalah meniadakan atau me-nol-kan jumlah anak-anak tanpa identitas dengan memanfaatkan blockchaintech.
Humanitarian Aid through Ana Application
Menggunakan Ana mobile application, yang merupakan sistem manajemen "white lable identity" untuk bantuan kemanusiaan (humatarian aid), dan aplikasi tingkat tinggi dalam mendistribusi bantuan, project level metrics yang lebih tinggi, serta ketepatan dalam mengidentifikasi para penerima manfaat, Tykn beroperasi dengan penuh rasa optimis dan percaya diri, bahwa sistem dan aplikasi yang mereka bangun, adalah mitra paling tepat bagi NGOs dan Pemerintah dalam membantu orang-orang agar bisa hidup jauh lebih baik.
Ana, ternyata bukan hanya dapat digunakan untuk project ZINC, tapi juga untuk bantuan kemanusiaan lainnya, seperti yang dijelaskan Tey dalam sebuah wawancara untuk UNLOCK, bahwa Tykn bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kehakiman Belanda, juga dengan Red Cross 510 Belanda dalam menginisiasi penggunaan big data dalam memastikan bantuan kemanusiaan bisa terlaksana dengan lebih efektif.
Baik Tykn mau pun the Red Cross, sedang melakukan riset tentang potensi penggunaan Blockchain dalam meningkatkan bantuan berbasis uang tunai/cash dengan menggunakan dompet digital, yang mana akan memiliki kemampuan untuk mentransfer uang lebih cepat kepada mereka yang membutuhkannya. Pilot project ini sendiri sedang diuji coba di pulau Saint Martin, Karibia. Wow!
Tey melanjutkan, bahwa pulau ini dipilih karena daerah ini baru saja mengalami badai Erma dan membutuhkan bantuan dengan segera. Maka, di bawah perlindungan pemerintah Belanda yang membiayai bantuan untuk pulau itu, maka Tykn ingin memastikan bahwa uang yang disalurkan ke para korban di sana akan tepat sasaran dan diterima oleh tangan yang tepat. Masih menurut sang founder Tykn, jadi setelah para pengungsi dan orang-orang yang telah kehilangan rumah ini terdaftar via aplikasi Ana, maka data mereka akan selamanya tercatat di dalam blockhain Tykn, tanpa kekuatiran akan hilang atau rusak, serta, yang pasti, tak seorang pun akan bisa mengubahnya. Nah, ini yang keren, ya? Sungguh sebuah niat mulia dan project yang patut didukung penuh!
Tak hanya itu, Tey, yang adalah orang Syria, dan mantan pengungsi Syria ini, ingin sekali bisa membawa aplikasi ini untuk dapat digunakan dan membantu orang-orang di negerinya. Niatan itu telah didahului dengan kunjungannya ke sebuah camp orang Syria di Lebanon, dan mendapati bahwa hampir seluruh pengungsi memiliki smartphone, dengan koneksi internet yang memadai di camp mereka. Dan ini adalah modal yang lebih dari cukup, dalam mengupayakan dokumen bukti diri mereka dapat diperoleh kembali.
Mengkonfirmasi identitas, bagi para pengungsi bukanlah hal yang mudah. Butuh upaya keras serta waktu dan biaya yang tidak sedikit, dan sering berakhir pada kegagalan. Karenanya, Tykn sedang berusaha bekerjasama pihak-pihak terpercaya seperti Pemerintah Belanda dan Netherland Red Cross, untuk mengindentifikasi para pengungsi dan menyimpan data mereka di blockchain, barulah nanti pihak Red Cross melalui aplikasi mobilenya (Ana) mengidentifikasi data-data tersebut ke depannya.
Sungguh sebuah pendekatan yang luar biasa, ya? Salut dengan Tykn dan visi misi yang diembannya. Luar biasa! Semoga Tykn semakin berkembang pesat, dan makin banyak membantu orang-orang yang membutuhkannya, ya!
See? Tykn ini benar-benar sebuah perusahaan yang memiliki visi misi yang begitu mulia, ya? Semakin penasaran tentangnya? Coba deh baca-baca di;
- Wins Best ICO at the Blockchain Innovation Conference
- Next Event
- Tykn Facebook
- Tykn Twitter
- Tykn Medium
And... as this post has been grown so long, see you on the next post, ya!
Tentang Kisah Inspiratif Toufic "Tey" Al Rjula, sang pendiri Tykn, yang menjadikan pengalamannya sebagai motivasi mendirikan Tykn demi membantu sesama.
It will be about the inspiring Toufic "Tey" Al Rjula, the founder whose used his invisible man experience to build the Tykn to help NGOs and Governments help people better!
Al, Bandung, 16 November 2018
perfect
Mulia banget ya Mbak @alaikaabdullah. 😍
Bisa ngebantuin mereka yang kehilangan identitas diri, yang selama ini susah didapatkan kembali karna ribetnya proses dan lama waktu yang harus ditempuh. Semoga Tykn benar-benar menjadi solusi terbaik untuk masalah tersebut, ya! 😘
Iya, salut deh dengan visi misi mereka ini, Mba. Keren ya?
Semoga Tykn bisa berkembang semakin pesat dan bisa membantu lebih banyak masyarakat yang membutuhkan, ya, Mbak
Aamiin. Semoga, ya, Teh. Suka deh dengan sepak terjang mereka.
Wahm baru tahu tentang ini Kak Alay. Harus lebih banyak belajar karena memberi manfaat.