sumber https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20180329172212-37-9085/analis-secara-teknikal-harga-bitcoin-dalam-tren-menurun
Pekan ini harga bitcoin anjlok tajam jauh dibawah US$8.000/btc (sekitar Rp 110 juta). Penurunan harga yang tajam dan trennya yang terus turun akan membuat beberapa investor meninggalkan Bitcoin.
Pergerakan Bitcoin menunjukkan mata uang digital (cryptocurrency) tersebut mendekati pola 'death cross'. Istilah tersebut berarti perpotongan ke bawah dari 50-day moving average (catatan rata-rata pergerakan dalam 50 hari) dan 200-day moving average (rata-rata pergerakan 200 hari). Lebih tepatnya, ungkapan tersebut digunakan saat 50-day moving average bergerak di bawah 200-day moving average.
Analis teknis biasanya menganggap catatan pergerakan semacam ini sebagai tanda akan ada bearish (tren menurun) dalam pergerakan selanjutnya.
Dilansir dari CNBC, dalam kasus Bitcoin, 50-day moving average memotong 100-day moving average, dengan garis tren jangka pendek bergerak lebih rendah.
"Saat membahas Bitcoin, saya pikir penting untuk mengingat bahwa kita tidak punya banyak catatan untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan pergerakan tren jangka panjang," tulis Jim Iuorio dari institusional jasa TJM kepada CNBC pada hari Rabu, (28/32018).
"Singkatnya, setiap 50-day moving average memotong garis 200-day moving average, hal tersebut berarti peringatan... dan saat anda mempertegas hal tersebut dengan kenyataan Bitcoin telah bergerak melemah sejak peluncuran, saya pikir hal ini merupakan tanda negatif yang besar," tambahnya.
Namun tidak semua orang percaya death cross merupakan pertanda akan ada lebih banyak penurunan terjadi untuk Bitcoin. Trader "Fast Money" Brian Kelly mengatakan telah melihat akan adanya tren naik (uptrend) dalam pergerakan harga Bitcoin yang terjadi sejak bulan Agustus, dan berpikir uptrend yang sama sebenarnya bisa hanya sebagai indikasi pergerakan Bitcoin selanjutnya.
"Bitcoin, seperti pasar FX spot, pergerakannya lebih mengikuti analisis teknis, oleh karena itu level support di rasa lebih penting," tulisnya kepada CNBC. "Jika level ini bertahan, maka menandakan uptrend dari Agustus masih berlaku."
Terakhir kali pola death cross untuk Bitcoin terjadi pada bulan September 2015. Setelah mengalami death cross, reli Bitcoin mendekati US$500/btc pada awal November 2017 dari harga sebelumnya, sekitar US$230/btc.
Harga Bitcoin pernah jatuh sekitar 38% year to date, tetapi masih akan turun 88% lagi, untuk kembali naik dan mencetak harga tertinggi sejak Bitcoin diluncurkan mendekati US$20.000/btc pada pertengahan Desember 2017.
Hingga pukul 17.28 WIB, Bitcoin diperdagangkan US$7.490/btc atau setara Rp 101,12 juta (asumsi US$1 = Rp 13.500). Dalam 24 jam terakhir harganya telah turun 7,07% dengan 13.598 yang diperdagangkan.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20180329172212-37-9085/analis-secara-teknikal-harga-bitcoin-dalam-tren-menurun