You are viewing a single comment's thread from:

RE: PINTAR BUKAN BERARTI PEMIKIR

in #contest6 years ago

Bebas Terkawal

Pemikir yang baik sudah pasti pintar, atau memiliki basis ilmiah yang cukup untuk mengawal pikirannya tetap di dalam koridor ilmiah, meskipun orang-orang lain belum siap untuk pikiran-pikirannya yang mungkin melampui eranya pada saat itu. Einstein pernah dianggap pikun dan bahkan hilang akal, karena pendapat-pendapatnya. Namun seiring waktu, satu persatu pendapat gilanya itu menemukan momen. Einstein adalah orang pintar, itu basisnya. Dan dia menggunakan kepintarannya untuk berpikir dan mengawal pikirannya, dan pada saat yang sama dia juga membebaskan pikirannya itu untuk menelusuri setiap sudut ruang ilmiah yang belum terjangkau.

Tetapi perjalanan sains memang terpatri dalam riwayat bangunan-bangunan filsafat: semua bermula dari tesis (pikiran/pendapat), yang diuji oleh antitesis-antitesis (bantahan), yang antitesis-antitesis itu pun akan dibantah lagi oleh pendapat-pendapat yang pro kepada tesis awal, begitu terus sampai proses bantah membantah ini berakhir pada kesimpulan bahwa thesis awal adalah benar atau salah, bisa juga berakhir dengan lahirnya thesis baru di mana proses bantah membantah menemukan episode barunya, sampai suatu saat sebuah kesimpulan tak terbantahkan lagi dan diterima sebagai sebuah kebenaran ilmiah. Proses ini bisa mengambil waktu yang tidak tertentu, bisa dalam waktu singkat, bisa juga lintas generasi.

Apakah penerimaan sesuatu sebagai sebuah kebenaran ilmiah adalah ujung dari perjalanan bangunan ilmiah terhadap suatu isyu atau thesis tertentu? Tidak! Itu akan diterima sebagai kebenaran sampai muncul sanggahan berikutnya yang membuktikan bahwa itu tidak benar, dan bangunan kebenaran ilmiah tadi pun dipugar kembali, dicabik-cabik lagi dalam proses bantah membantah, karena kebenaran ilmiah memanglah harus sesuatu yang tidak menyisakan ruang keraguan sedikitpun, setiap keraguan harus dipuaskan. Jadi ingat satu bait lagu dari grup band DeWA dalam lagu Hidup Adalah Perjuangan, yakni "Kebenaran hari ini bukanlah berarti kebenaran esok hari. Kebenaran bukanlah kenyataan." Hehe. Jadi, jangan takut untuk membantah dan mengajukan pertanyaan, karena itu suatu tanda bahwa otakmu sedang bekerja. Karenanya, berikan bantahan dan/atau pertanyaan terbaikmu untuk komentarku ini. Ayo. Kutantang kamu @muhammadddzacky. Jika bantahan dan/atau pertanyaanmu mampu membuatku senang, 0.5SBD akan kukirim ke dompetmu, plus upvote. Aku gitu orangnya. 😊😊

Maaf, ini memang sudah banyak melenceng dari topik juga pendapat. Dan mohon ijin kepada @mrday untuk saya menyelenggarakan tantangan di dalam kontesmu, bukan maksudku membuka kedai di dalam kios, hanya ingin membuat ini menjadi lebih menarik. Salam hormat.

Sort:  

Terimakasih sebelumnya telah memberi tantangan kepada saya @aneukpineung78 ,ini merupakan hal yang bagus untuk saya supaya saya bisa mengambil pelajarannya , dan hormat saya dan izin kepada @mrday untuk menjawab pernyataan ini didalam kontes @mrday
Jika berbicara mengenai sains ,memang yang ditemukan dihari lampau bisa jadi terbantahkan dengan teori baru yang ditemukan setelah pengujian dengan pengakuan dari berbagai pihak serta masuk akal tentunya. Itulah penjelasan dalam al-qur'an dimana manusia diperintahkan untuk belajar dari ayunan hingga liang lahar, tidak ada batasan mengenai usia dalam belajar, yang artinya ilmuan sebelumnya memang berjasa dalam menemukan hal-hal yang sangat bermanfaat seperti yang kita gunakan sekarang, namun dengan berkembangnya hal tersebut maka pemikiran manusia pun terpacu untuk meningkatkan teori-teori tersebut dan bisa jadi terbantahkan jika teori baru lebih masuk akal dan diterima oleh khalayak ramai, kesimpulannya jika terkait dengan ilmu sains bisa jadi hari ini tidak akan sama teori nya dengan hari esok, namun jika al-quran itu ilmu pasti , sejak diturunkan dari masa rasulullah hingga akhir zaman tidak akan berubah, didalam al-quran semua jenis ilmu tercantum , namun untuk menafsirkan nya akan sangat sulit, seperti ayat yang berbunyi "Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah)."
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 33)
Artinya dengan izin allah swt semua hal dapat terjadi.
Mungkin hanya itu jawaban dari saya, jika ada terdapat kesalahan atau kekhifalan mohon bimbingannya dan mohon maaf atas hal tersebut
Terimakasih telah memberi saya kesempatan @anuekpineung78 @mrday
Semoga kedepan saya dapat belajar dari gure-gure sekalian

Ini bukan bantahan ataupun pertanyaan. Ini pembenaran terhadap pendapat saya dengan memakai analogi-analogi berbeda. Maaf, @muhammadddzacky, kamu gagal untuk 0.5SBDnya.

Tidak apa-apa ,semua butuh perjuangan , saya akan lebih berusaha lagi dalam memahami sebuah pernyataan ,mohon bimbingannya @aneukpineung78

Oke! Hidup tidak berakhir pada tantangan ini.
Selama masih ada nafas, masih ada peluang. Hehe.

ha ha ha, disini saya hanya ingin mensupport @muhammadddzacky dalam mendapatkan sbd, namun dia gatot ( gagal total ) apa boleh bulat....
tidak, saya tidak mengganggap ini suatu bantahan, justru ini lebih kepada mengarahkan pemahaman khusus kepada yang umum, saya senang dengan ini.:D

Mungkin saya sedang gagal fokus dan mengantuk, semua butuh proses ,saya percaya akan hal itu ,belajar dari kesalahan yang ada ,thanks for support @mrday

Hahaha.
Besok2 kita coba lagi.
Nanti kita ajak juga @mrday menjadi sponsor pendukung.
Yang penting jangan kecewa, anggap ini semua sebagai permainan untuk dinikmati.

Siap bos @aneukpineung78 , kalian @aneukpineung78 @mrday akan menjadi motivasi untuk menjadi lebih baik

pendapat @muhammadddzacky merupakan yang sudah sangat mendasar alias kembali kepada hakikat, artinya semua hukum dan segala yang berlaku di dunia ini semua merujuk kepada Quran dan hadist. terlepas dengan semua itu, kita sebagai manusia sangat dituntut untuk berfikir secara global dengan tidak menyalahi aturan agama, tarik pikiran sejauh mungkin karena Allah tidak akan menjadikan hambanya Gila karena berfikir, berfikir dalam frame agama. disini saya melihat ada sinkronisasi antara pendapat anda dengan pendapat @aneukpineung78, sedikit banyak namun dalam bahasa yang berbeda, saya bisa memahami keduanya, namun apakah setiap menyebutkan kata " pemikir " harus identik dengan ilmuwan?, ini yang saya perdapatkan dalam kedua pendapat diatas. jika memang jawaban nya IYA , saya sudah menemukan deskripsi pemikir ada pada seorang ilmuwan dan orang pintar tidak termasuk didalamnya. semakin menarik @muhammadddzacky.terima kasih atas pendapat nya.

Terimakasih atas masukannya @mrday saya belum bisa berfikir secara luas, masih terlalu sempit , harus lebih banyak memperbaiki diri

Nah itulah dia mrday, Anda tidak membatasi status dengan kondisi-kondisi misalnya "pemikir" tidak harus ilmuan. Saya juga tidak menyebutkan harus ilmuwan. Saya hanya memberi contoh terkait pemikir ilmiah. Kalau saya memberi contoh non ilmiah, nanti peryanyaannya bisa lain lagi, "Bagaimana dengan pemikir ilmiah?" Ini celah yang tidak diantisipasi di dalam status mrday dan berpotensi melahirkan interpretasi yang beragam.

ternyata anda sudah lebih memahami kemana arah quistioner ini :D, ini lah strategi untuk ini, salut buat anda.
kali saya mendapatkan "sipattak dua pat lut" ilmu yang bermanfaat dan banyaknya feed back yang masuk terutama dari anda, tolong jangan ceritakan dulu strategi ini kepada yang lain he heh ehehehe

Lisék. Hahaha.

demi kebaikan dunia dan akhirat saya mengizinkan @aneukpineung78 untuk menarik fikiran siapapun yang terlibat dalam contest ini, saya senang sekali.
memang sedikit rumit bin sulit untuk memahami paparan anda yang di atas, membutuhkan pemikiran yang ekstra untuk bisa mengambil inti dari itu semua, namun saya hanya melihat point point penting dalam hal pengertian pintar dan pemikir, memang tidak bisa dilakukan hanya dengan bantuan segelas kopi dan sebatang rokok, butuh alibi dan argument untuk menjelaskan keduanya. yang saya pahami disini adalah pintar menjadi wasaf atau sifat atau subject yang diletakkan kepada sesuatu/seseorang, sedangkan yang menjadi object adalah orang yang berfikir, hasilnya adalah ketika seseorang sudah mulai berfikir untuk belajar dan mulai mengetahui banyak hal tentang ilmu pengetahuan maka dia akan menjadi pintar. itu point yang saya simpulkan pada pendapat diatas.

Menggunakan alibi dan argumen untuk menjelaskan definisi kata-kata menurut saya kurang tepat. Lebih pasnya pakai kamus, jika mau ini lebih ilmiah, lalu pendapat-pendapat bisa didasarkan atas itu. Tetapi tentu saja saya paham bahwa kita di sini tidak membatasi diskusi menjadi begitu kaku.

Dan saya sedikit merasa lebih memahami kerangka berpikir mrday setelah memisahkan antara "pintar" dan "pemikir" ke dalam jenis kata, seumpama di dalam kamus, yakni "pemikir" [nomina, kata benda] dan "pintar" [adjektiva, kata sifat]. Tadinya saya memahami status mrday sebagai perbandingan yang setara, yakni "pemikir" [kata benda] dan "(orang) pintar" [kata benda]. Jadi, sebagaimana komentar saya yang lain, saya katakan lagi, status mrday ini tidak lengkap, intepretasi-imtepretasi bisa macam-macam muncul dari orang yang berbeda. Dan saya pikir, di situlah asyiknya.

kini saya mulai mengakui hampir semua kekurangan ini kepada anda @aneukpineung78, semua feed back yang masuk anda yang lebih vocal dan lebih capable untuk membuat quistioner diatas menjadi lebur, ada yang lebih meng syik kan disini, anda mau tahu? itulah anda yang mempunyai wawasam yang sangat luas, saya masih harus membaca banyak buku lagi untuk bisa berbicara dengan anda. indah sekali persahabatan ini, terima kasih untuk semuanya dan saya menyerah @aneukpineung78