Kopi Gayo merupakan salah satu kopi khas Nusantara asal Aceh yang cukup banyak digemari oleh berbagai kalangan di dunia. Kopi Gayo memiliki aroma dan rasa yang sangat khas, cita rasa kopi Gayo yang asli terletak pada aroma kopi yang harum dan rasa gurih hampir tidak pahit. Bahkan ada yang berpendapat bahwa rasa kopi Gayo melebihi cita rasa kopi Blue Mountain yang berasal dari Jamaika. Nah berikut merupakan fakta kopi Gayo yang jarang diketahui public bahkan masyarakat Gayo itu sendiri.
Salah satu menu andalan Starbucks Coffee
Citarasa kopi Gayo semakin melejit keberadaannya ditelinga para penikmat kopi dunia setelah kopi ini menjadi salah satu menu andalan dalam kedai kopi internasional, Starbucks Coffee. Uji citarasa dilakukan oleh salah seorang cupper internasional Christopher Davidson. Ia mengatakan bahwa kopi Gayo memiliki keunikan tersendiri yang dikenal dengan istilah “heavy body and light acidity”, yakni sensasi rasa keras saat kopi diteguk dan aroma yang menggugah semangat.Sentra produksi kopi arabica terbesar di Asia
Dataran gayo khususnya kabupaten Bener Meriah dan Aceh tengah berada di ketinggian 1200 meter dari permukaan laut, hal ini memungkinkan cuaca sekitar sangat cocok untuk budidaya kopi. Perkebunan kopi Gayo telah dikembangkan sejak tahun 1908 serta menjadi kebun kopi terluas di Indonesia dengan luas sekitar 81.000 ha, dan merupakan sentra Produksi Kopi Arabica yang terbesar di Asia.Product for Future Belanda sejak 104 tahun yang lalu
104 tahun lalu, Belanda menjadikan kopi Gayo sebagai Product for Future. PERCAYA atau tidak, saat ini kopi gayo telah menjadi ikon kopi berkualitas cita rasa terbaik. Semua pecandu kopi di Aceh tentunya tak akan menyangkal pernyataan itu. Tapi asal tahu saja, kemasyhuran kopi Gayo juga sudah menyebar ke dunia internasional, ditandai dengan masuknya Star Buck, produsen kopi yang telah dikenal seantero dunia. Di tahun 1924 Belanda dan investor Eropa telah memulai menjadikan lahan didominasi tanaman kopi, teh dan sayuran (John R Bowen, Sumatran Politics and Poetics, Gayo History 1900-1989, halaman76).
Kemudian, pada Tahun 1933, di Takengon, 13.000 hektar lahan sudah ditanami kopi yang disebut Belanda sebagai komoditas “Product for future”. Masyarakat gayo, tulis John R Bowen, sangat cepat menerima (mengadopsi) tanaman baru dan menanaminya di lahan-lahan terbatas warga. Perkampungan baru di era tersebut, terutama di sepanjang jalan dibersihkan untuk ditanami kopi kualitas ekspor. Tahun 1920 Belanda mulai membawa tenaga kerja kontrak dari Jawa ke Gayo, untuk menjadi pekerja di perusahaan dammar (pinus mercusi).
Jika 104 tahun lalu Belanda sudah mengelola kopi dengan baik hingga bisa diekspor Eropa dan dijadikan komoditas unggulan dengan sebutan “Produk Masa Depan”, kini kopi Gayo memasuki masa paling suram dari sejarahnya. Bayangkan saja, kopi di dataran tinggi Gayo kini hanya dikelola oleh masyarakat sendiri. Disebut dengan perkebunan kopi rakyat, yang belum dikelola secara baik dan benar seperti dilakukan Pemerintah Belanda di jaman penjajahan.
Nahh bagaimana anda tertarik untuk menikmati citarasa kopi khas dari dataran Gayo ini ? Anda bisa mencoba nya dengan datang langsung ke perkebunan kopi atau mencarinya di warung kopi yang tersebar luas di wilayah Aceh.
Selamat @irsanse! Telah berkumpul di Steemit. Suka melihat anda kumpul di sini.. telah kami upvote.. :-3
Terima kasih @puncakbukit senang berbagi dg kalian semua. Saya upvote balik