Hai kamu, Seseorang yang pernah aku bangga"kan di depan banyak orang tanpa harus aku fikir panjang tentang apa yang akan saya dapatkan.
Apa sekeji ini anda mempeelakukan saya dengan hak serta kemauan anda sendiri.
Apakah rasa belas kasihmu sudah mati ? Atau mungkin dalam dirimu rasa belas kasihanmu sudah tidak ada lagi ?.
Saya yang sangat sayang tanpa menyangka akan hal ini terjadi. Seketika saya mulai bersiap pergi dengan kelukaan hati serta ada rasa sangat senang ketika ingin bertemu.
Tapi apa yang saya harapkan tersebut hanya sebatas angan serta anggapanku yang melebihi batas anganku, sehingga ketika pada tempat tertentu saya terabaikan dan saya tercampahkan. Tak di anggap bagaikan SAMPAH. Tak di gurau bagaikan angin lalu.
Dengan itu pula saya masih tetap berharap akan kehadiranmu. Tapi dengan seiring berjalannya waktu dengan setiap langkah yang ku pijakkan masih sama tetap tak di anggap bagaikan sampah.
Malam ini menjadi saksi nyata bagaiman rasaku ingin bertemu kamu dengan membicarakan hal dengan baik berdua. Tetapi karena rasa belas kasihmu yang tidak ada dalam diri serta watakmu. Saya terombang ambingkan bagaikan ombak. Bagaikan burung yang mengikuti arah angin. Mengikuti langkahku yang tetap egois, tetap gegabah ingin bertemu tetapi dengan caraku sendiri perlahan semua terbongkar oleh kebusukanmu serta kelicikanmu beserta temanmu. Yang telah kau rancang dengan baik sesuai dengan topengnya masing".
Aku yang masih penuh harap ingin tetap bersamamu tetapi seketika itu pula Rasa peduliku di campakan begitu saja.
Sangatlah pedih hati ini. Sangat kecewa rasanya.
Seakan akan menyesal kenal dan tau lebih tentang dirimu.
Mulai sekarang juga saya tidak ingin tau lebih CUKUP TAU dengan apa yang saya rasakan.
Hanya terima kasihlah yang bisa saya ucapkan kepada anda. Teman anda yang telah berperan.
Dan saya berharap penuh bahwa ini adalah UJIAN CINTA terakhir buat saya