Lembayung itu telah merona, memaksa senja menyibak tirai malam, Kanaya berdiri sendiri di atas bebatuan pinggir pantai itu, ia menatap teduh ke arah senja yang terbenam, matanya sayu berembun, lidahnya kelu dan sesekali terdengar helaan nafas panjang dari dirinya. kanaya ..seorang gadis sederhana yang memiliki mimpi begitu nyata, namun pada akhirnya mimpi itu harus redup bahkan sirna diterpa perbedaan dan jembatan yang bukan menghubungkan tapi malah mematahkan. hidup kanaya sekarang hanya sebatas raga, namun jiwanya terbang entah kemana, ia merindukan sosok itu, sosok yang seharusnya tidak pantas ia rindukan, sosok yang seharusnya kini sudah menjadi milik seorang bidadari yang berbahagia karena dianugerahi seorang sosok yang mampu menjadi jembatan menuju surgaNya. begitu pilu dan menyayat hati kanaya berkali-kali menitikkan airmata. sosok yang selama ini menjadi teman, sahabat bahkan kekasih yang ia titipkan pada ilahi rabbi, tdak bisa lagi menjadi sosok yang selama ini menemani, kesedihan berujung kekecewaan mungkin kanaya rasakan berulang ulang, namun kanaya mencoba untuk tegar dan tawakal, dibalik semua ini, mungkin inilah jalan terbaik yang harus kanaya lewati, ia berpasrah kepada Allah, ia menyerahkan seluruh sedih dan pilu hatinya hanya kepada Allah, setiap waktu ia bermunajat kepadaNya agar sanggup melewati semuanya, dan mampu tegar menghadapi cobaanNya. kanaya yakin suatu hari Allah akan mengganti kaktus berduri ini menjadi kaktus yang berbunga dengan sangat indahnya.
NB: Allah tidak akan memberikan apa yang kita inginkan, namun Allah akan memberikan apa yang kita butuhkan.
Hai, hallo @alaffan340! Upvote yaa..
Cerita yang menarik, aku tergoda untuk membaca kalimat berikutnya dan berikutnya. Tapi alangkah lebih baiknya jika dituliskan per paragraf, jadi nggak begitu panjang kalimatnya di satu paragraf itu.