"Kau bisa tinggal dengan kami mulai sekarang, lagi pula kita ini kan keluarga."
Palsu!
Semua orang di dunia ini palsu. Aku tak percaya pada siapa pun. Orang-orang bersikap baik karena mereka menginginkan imbalan. Aku benci mereka. Hari ini, orang tua ku meninggal karena kecelakaan. Paman ingin membawaku untuk tinggal dengan keluarganya. Dengan begitu, paman bisa mengambil harta milik ibu dan ayah.
"Tidak, aku bisa hidup sendiri." Aku menolak dengan dingin.
"Tapi kau masih anak-anak, kau butuh sosok orang tua untuk menjadi orang yang baik di masa yang akan datang. Aku dan bibimu bisa memenuhi peran tersebut untuk mu."
"Tidak, terima kasih. Lagi pula aku bukan anak-anak. Usia ku 15 tahun bulan depan. Aku bisa merawat diriku sendiri. Seperti yang biasa ku lakukan."
"Anak ini aneh sekali, orang tuanya meninggal dunia dan dia sama sekali tidak sedih." Orang-orang berbisik di belakang ku.
Memang benar, aku tidak sedih. Aku hanya jengkel. Kenapa mereka harus memalsukan kematian mereka. Tentu saja aku sama sekali tidak sedih. Karena sebenarnya tidak ada siapa-siapa di dalam peti itu. Orang yang mengangkatnya tidak akan sadar, karena aku memasukkan manequin dan beberapa batu untuk menambahkan berat. Orang tua ku itu aneh, aku sama sekali tak bisa memahami mereka.
Sebelum semua ini terjadi, orang tua ku memberitahu bahwa aku sebenarnya bukan anak kandung mereka. Ibu ku memalsukan kehamilannya, dan mengambilku sebagai anaknya. Sekarang aku paham, kenapa mereka tidak pernah memperlakukan ku seperti seorang anak. Karena aku memang bukan darah daging mereka. Aku sama sekali tak memahami, kenapa mereka sangat suka memalsukan sesuatu. Tapi mereka juga memberitahukan ku semua kepalsuan yang telah mereka lakukan. Apakah mereka memberitahu ku, karena mereka melihat ku sebagai keluarga? Tidak, itu tidak mungkin. Karena biasanya mereka justru memalsukan sesuatu di depan keluarganya.
Sebulan telah berlalu. Ibu dan ayah terlihat sangat menikmati waktu di dalam rumah ini. Tak seorang pun ada di sini kecuali hanya kami bertiga. Semua orang yang bekerja di rumah ini sebelumnya sudah dipecat, atas permintaan orang tua ku. Sebagai gantinya, mereka memasukkan orang-orang baru, tangan kanan mereka. Orang-orang tersebut semuanya tampak mengerikan.
Paman masih tak mau menyerah. Terkadang ia datang ke rumah dan memintaku untuk tinggal bersamanya. Aku menolak, aku tak bisa tinggal dengannya. Tapi, aku sudah tak tahan dengan semua kepalsuan ini. Di tambah lagi, aku sudah tahu kalau sebenarnya aku bukan anak kandung mereka, jadi tak ada alasan bagiku untuk tinggal di sini. Hari ini ku putuskan untuk pergi sejauh-jauhnya dari rumah.
"Mau pergi kemana?" tanya salah satu orang kepercayaan orang tua ku.
"Aku mau bertemu teman ku." Tentu saja aku berbohong. Aku tidak memiliki teman dan tak pernah pergi ke sekolah yang sebenarnya. Aku ini anak home shcooling. Tapi syukurlah, sepertinya dia percaya.
"Perlu di antar?"
"Tidak, terima kasih. Teman ku akan kabur setelah melihat mu. Aku bisa pergi sendiri." Siapa pun yang bertemu dengan orang seperi ini pasti akan ketakutan. Badan besar, muka sangar, suara berat, mata yang tajam, memakai pakaian serba hitam dari kepala hingga kaki. Dia terlihat seperti orang yang akan meremukkan tulang-tulang mu.
"Aku pergi."
Entah kenapa, aku merasa seperti ada yang membuntuti ku sejak aku meninggalkan rumah. Jangan-jangan itu salah satu orang kepercayaan orang tua ku. Tapi untuk apa mereka mengikuti ku? Apa mereka menyadari rencana ku untuk kabur dari rumah? Ah, tidak mungkin. Bisa jadi itu pencuri yang tinggal di sekitar sini. Aku sedikit merasa takut, di tambah lagi jalanan ini lumayan sepi. Sepertinya orang-orang tidak terbiasa melewati jalan ini. Sebenarnya aku tak begitu paham tentang tempat di sini karena aku lebih sering di dalam rumah. Aku hanya mengikuti penunjuk arah yang ada di ponsel ku.
Aku berjalan pelan seolah tak ada yang salah. Jantung ku berdegup kencang. Sebenarnya aku ingin berlari. Tapi aku takut bagaimana jika orang tersebut menyerangku. Siapa tahu jika ia membawa senjata api dengannya. Jadi aku berusaha untuk tetap tenang sampai aku dekat dengan tempat yang ramai. Setelah itu aku akan lari sejauh-jauhnya.
Rencana ku berjalan lancar, aku sampai di keramaian tepat waktu. Aku bisa melihat pria yang mencurigakan di belakang, pria yang mengikuti ku. Di tempat yang ramai seperti ini dia tak akan bisa mencelakai ku. Beberapa saat kemudian, setelah nafasku kembali normal, aku bergegas menuju stasiun kereta api yang tak jauh dari sini. Tujuan perjalanan ku adalah mendatangi tempat paling sepi di pedesaan. Karena selama ini aku tak pernah tinggal di tempat yang ramai, jadi tempat seperti itu akan cocok dengan ku.
Aku membawa banyak uang di tas ku. Jumlahnya cukup untuk menghidupi ku di sana kelak. Aku mengambil uang milik ayah. Sekarang aku akan membeli tiket. Tapi sebelum aku membelinya, seseorang menyentuh bahu ku. "Permisi, anak kecil di mana orang tua mu?"
"Hah? Aku bukan anak kecil, Pak." Jawab ku.
"Dan aku bukan Pak. Haha. Kau bisa memanggil ku Kakak."
Aku melihat ke arahnya. "Orang ini kenapa?" Aku bergumam. Aku melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi dengan rambut pirang. Gaya rambutnya terlihat bagus.
"Wah sangat tampan." Beberapa perempuan mengatakan hal tersebut. Pernyataan mereka menuju kepada orang yang berdiri di depan ku ini.
"Ibu mu meminta ku untuk menjemput mu." Dia mengatakan hal yang tak masuk akal. Apa dia ini penculik? Tapi tempat ini depenuhi oleh orang banyak. Kenapa ada penculik di sini?
"Kabur dari rumah?" Dia melanjutkan. Sial, bagaimana dia bisa tahu. Apa hanya kebetulan? Menurut ku orang ini sama sekali tak tahu apa yang sedang ia bicarakan. Mungkn dia salah orang?
"Kau salah orang, Pak. Permisi." Aku meninggalkannya. Tapi dia menarik tas ku. Aku terkejut dan berteriak. "TOLONGGG!!!"
Semua orang di sana melihat ke arah kami. Dia masih menggenggam tas ku. "Tidak ada apa-apa, adik kecil ini kabur dari rumah. Begitulah, Aku datang untuk menjemputnya." Dia mengatakan dengan suara yang keras. Orang-orang yang melihat kami barusan bergegas pergi. Sepertinya mereka semua mempercayai perkataannya.
Aku berniat untuk teriak sekali lagi. "It... Mphhh..." Aku tak bisa mengeluarkan satu patah kata pun. Dia menutup mulut ku. "Jangan buat masalah." Katanya dekat dengan telinga ku. Aku berusaha keras untuk melepas tangannya dari mulut ku. Tapi, tiba-tiba sesuatu dengan bau yang sangat tajam memasuki hidung ku. Kepala ku terasa pusing. Aku tak tahu apa lagi yang terjadi.
Posting yang keren dan telah kami resteem ke 7870 follower yaa.. Klaim segera airdrop kita dari Byteball!. (Sebiji kontribusi kami sebagai witness pada komunitas Steemit berbahasa Indonesia.)