Caleg: Demi Rakyat Atau Kekuasaan

in #busy7 years ago

parlok-aceh-peserta-pileg-2019_20180219_113150.jpg
Partai Politik Lokal di Aceh

Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 masih setahun lagi namun aromanya sudah mulai terasa. Malam ini saya bersama dua orang calon legislatif (caleg) dari dua partai berbeda, satu dari partai nasional (parnas) dan satu lagi dari partai lokal (parlok). Kalau tidak ada aral melintang beliau-beliau ini akan mencalonkan diri sebagai anggota dewan dari partai masing-masing. Keduanya berkeinginan melaju ke gedung DPRK Lhokseumawe dari daerah pemilihan 4 Blang Mangat. Keduanya memang tokoh masyarakat yang cukup dikenal di dapil 4. Sebagaimana diberitakan sebelumnya ada 15 parnas dan 4 parlok peserta pemilu pada tahun 2019 mendatang. Sebelumnya 14 parnas tetapi terakhir MA mengabulkan gugatan PBB dan menyatakan berhak mengikuti pemilu di tahun 2019.

Pemilu di Aceh agak berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Tensi politik di daerah ini lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Pengalaman pemilu yang telah lalu membuktikan kalau di Aceh butuh kehati-hatian untuk melangkah. Tidak ada pergerakan massa untuk menyerang pihak lawan tetapi senjata api kerap menyalak untuk mengakhiri hidup lawan politik. Belum lagi dengan pembakaran tempat tinggal serta kampanye hitam. Menjelang pemilu gaya-gaya komunikasi masa konflik akan terlihat jelas dan rakyat dicekam ketakutan. Semoga hal itu tidak terulang di pemilu kali ini.

IMG_20180306_005929.jpg

Malam ini kedua caleg terlihat akrab dan saling bertukar pikiran, saya rasa ini sebuah momen yang baik dan berharap akan terus begini hingga pengumuman pemenang pemilu diumumkan oleh pihak penyelenggara. Sangat disayangkan memang bila harus saling sikut demi sebuah jabatan. Walau bagi sebagian orang demi jabatan akan menghalalkan segala cara. Demi nafsu dan keserakahan apapun dipetaruhkan tidak peduli harus bertentangan dengan hukum dan agama.

Misi keduanya menjadi anggota dewan karena keprihatinannya selama ini atas nasib rakyat. Terutama tentang pembangunan manusia di dalam Kota Lhokseumawe khususnya dapil 4. Saya yang kurang memahami politik hanya diam saja dan sekali-kali manggut-manggut. Saya mendukung keduanya menjadi dewan kota lagi pula mereka orang yang saya kenal dan kadang-kadang jadi teman minum kopi.

Bila salah satu atau keduanya menjadi anggota dewan harapan saya untuk.memperhatikan sektor pendidikan. Mustahil sebuah daerah maju bila penduduknya kurang terdidik. Buatlah pelatihan keterampilan dan pelatihan wirausaha bagi para pemuda. Satu lagi harapan saya untuk menutup pintu-pintu kantor pemerintah yang selalu terbuka lebar bagi perekrutan tenaga bakti. Menurut saya itu adalah pembodohan yang terstruktur dan berkelanjutan. Para tenaga bakti ini diiming-imingi pengangkatan menjadi CPNS yang sebenarnya adalah harapan palsu. Bertahun-tahun menghabiskan umurnya di kantor-kantor pemerintah tanpa ada bayaran atas jasa mereka. Menjadi tenaga baktipun tidak gampang, harus menyetor sejumlah uang kepada pihak tertentu. Beginilah keadaan generasi muda di Aceh di usia produktif rela menghabiskan waktu demi harapan palsu.

Dalam hal politik saya tidak memahami apa itu politik. Yang saya tahu politik di Indonesia berbiaya tinggi, hal ini menjadikan pejabat politik cenderung menyalahi wewenag dan jabatannya untuk kepentingan pribadi. Politik berbiaya tinggi menjadikan seseorang berusaha mengembalikan modalnya sewaktu berkampanye. Tak jarang kita saksikan media massa dipenuhi dengan penangkapan kepala daerah maupun anggota dewan dengan tuduhan penyalahgunaan jabatan untuk memperkaya diri, keluarga dan orang lain. Politik berbiaya tinggi akar dari masalah korupsi di negeri ini.

Semoga hal itu tidak terjadi kepada kedua sahabat saya malam ini. Malam ini mereka menyatakan mencalonkan diri menjadi anggota dewan semata-mata demi rakyat, bukan demi jabatan dan kekuasaan. Bukan karena fasilitas, gaji apalagi aspirasi.

Sort:  

Mungkin untuk rakyat sekitar 10% .😂

Selama ini sangat sedikit yang pro rakyat

semoga niat yang baik para Caleg akan menghasilkan perubhan yang baik dimasa yang akan datang.

Pemilu sebenarnya ajang perebutan kekuasaan, ini momen yang tepat untuk perubahan, kita hanya berharap semoga politikus yang baik mendominasi politikus jahat.

Ada beberapa segelintir orang menjadi gila gara-gara kalah dalam pileg. Dikarenakan saat menjadi caleg dia menghabiskan ratusan juta untuk berkampanye.

Sayang sekali nasibnya.