Si Pemburu Beasiswa

Haii. I'm Hijaiyah Imanda Putri, a schoolarship hunter. Aku mulai tertarik dengan beasiswa sejak kelas 12. Dilatarbelakangi oleh keinginanku yang ingin menuntut ilmu dinegri orang tapi terkendala oleh biaya. Informasi demi informasi pun aku gali. Prestasi demi prestasi aku raih sebisaku. Awal mula perjuanganku, Ancora Khazanah Scholarship namanya- sebuah beasiswa dari Ancora Foundation di Malaysia, rekomendasi dari ayahku. Dikejar deadline, aku submit berkas tanpa persiapan. Kubuka email yang berisi: yaa aku tidak lulus. First impression aku waktu nerima email yang berisi bahasa inggris itu, sempat mengira lulus -atas dasar adanya pemberitahuan resmi- setelah aku translate, hasilnya mengecewakan. Tapi ini masih langkah awal kok. Seiring berjalannya waktu ada juga beberapa beasiswa yang sempat aku apply, seperti Beasiswa Prestasi Politeknik Manufaktur Astra, STIE Perbanas Surabaya, Beasiswa Mahaghora, Beasiswa Surya University, Bintang Beasiswa Fair n Lovely, IsDB Scholarship Programme, Innopolis University, Global Undergraduate Exchange Program, World Study Abroad Tokyo, dan masih banyak lagi yang tidak sempat masuk kedalam emailku. Dimana pun ada kesempatan dan peluang, pasti aku coba. Ada juga beasiswa dari kemenag yang sempat aku ikuti, PBSB namanya (Program Beasiswa Santri Berprestasi). Beasiswa ini khusus santri yang mempunyai basic mondok di pesantren. Waktu itu aku ikut tes ujian berbasis komputer di Banda Aceh setelah selesai pendaftaran ulang di Unsyiah. Aku ngambil farmasi UIN Syarif Hidayatullah, seingat aku sih. Nunggu sebulan dan hasilnya gak lolos. Waktu itu memang aku gak dapet izin orangtua untuk kuliah diluar Aceh. Darisini doa orang tua itu sangat sangat penting. Terus selama aku di Unsyiah, aku juga ada apply beasiswa dari BNI Syariah. Rencana juga mau apply Karya Salemba Empat tapi ga sempat submit berkas. Aku juga pejuang Beasiswa Unggulan dari kemendikbud, essay dan proposal sudah kuselesaikan jauh-jauh hari sebelum pendaftarannya dibuka. Hingga here i want to tell about Beasiswa Kader Surau.

Aku lupa tanggal berapa waktu itu, aku mengikuti seminar beasiswa. Disitu terdapat beberapa pembicara seperti pembicara dari awardee Beasiswa Unggulan, awardee Karya Salemba Empat, dan juga awardee Kader Surau. Ketiga beasiswa tersebut menggunakan essay dalam proses pendaftarannya. Iyaa aku tertarik dengan tiga beasiswa itu. -Oh tidak, aku tertarik dengan semua atas nama beasiswa-. Disini, aku mau fokus bercerita mengenai perjuanganku di Kader Surau. Aku ingat sekali pada saat seminar itu pembicara mengatakan bahwa Kadersurau hanya untuk putra pada tahun itu. Harapan aku sudah patah diawal mendengar kalimat itu, terlebih lagi dikatakan bahwa tahun ini Unsyiah tidak menjadi mitra di Kader Surau. Jadi aku fokuskan dan mantapkan diri aku menyelesaikan berkas di Beasiswa Unggulan. Beberapa bulan kemudian, aku melihat informasi dari kakak leting yang menyatakan bahwa tahun ini Unsyiah masih menjadi mitra Kader Surau dan khusus putri. Iyaa semangat aku mulai muncul dan aku mulai apply beasiswa ini. Pada saat pendaftaran online, banyak teman-temanku yang tertarik dan ikut mendaftar. Namun hanya 4 orang dari jurusanku yang serius sampai tahap ujian tulis, termasuk aku. Berbeda halnya dengan Beasiswa Unggulan yang notabene berkasnya bisa dipersiapkan jauh-jauh hari, di beasiswa kader surau harus menyiapkan essay dengan waktu beberapa menit di tempat seleksi. Setelah dua essay berhasil terangkai, dilanjutkan dengan seleksi bahasa inggris dan agama berbasis kertas. Tes bahasa inggrisnya standar TOEFL, sedangkan agama standar dasar. Untuk seleksi tahap ujian, Alhamdulillah aku dan kedua temanku lolos kemudian dilanjutkan ke tahap seleksi wawancara, tahap terakhir. Aku gamau menyia-nyiakan kesempatan, aku mulai berlatih untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari interviewer. Namun yeah pada saat wawancara, semua hal yang udah kupersiapkan sebelumnya malah hilang, fikiranku jadi blank, aku jawab terbata-bata dan jawab sebisaku sejujur-jujurnya. Setelah selesai wawancara, aku merasa tidak tenang, rasanya ingin kuulang waktu dan kukontrol kecemasanku ketika menjawab pertanyaan. Aku merasa kurang puas dengan jawabanku sendiri. Aku yakin aku tidak akan lewat hanya dengan jawaban sederhana saat wawancara. Daaannn yaa, keyakinanku pun membenarkan, pada saat pengumuman kelulusan, benar adanya bahwa aku tidak lulus. Harusnya aku tidak sekecewa ini karna aku sudah memprediksi dari awal. Tapi karna aku sudah terlanjur berharap, aku jadinya down. Aku benar-benar ngerasain down yang sangat mendalam. Beda halnya ketika aku gak lewat PBSB ataupun beasiswa lainnya. Kali ini aku benar-benar patah semangat. Aku gatau bakalan gimana nasib kuliahku kalau aku tidak mendapat beasiswa. Karna beasiswa adalah penyemangatku, beasiswa adalah prioritas ku. So kebetulan itu masih bulan Ramadhan, aku memfokuskan diri untuk berkontribusi di RDK -salah satu kegiatan Ramadhan Di Kampus-, menjadi relawan konsumsi pada acara Daurah Quran Ramadhan di Mesjid Jamik Unsyiah. Sampai libur pun tiba dan aku kembali ke kampung halaman. Menikmati liburan tanpa beban. Hingga selasa tiba pukul 15.00, pengumuman sbmptn. Aku gak daftar sbm kok wkwkwk. Ada salah satu temanku yang juga awardee Kader Surau, dia mengundurkan diri karna alasan yang berharga bagi dirinya. Pukul 17.00 kala itu, aku mendapat telfon dari seorang yang insyaallah masih aku kenal namanya, dan orang itu mengatakan bahwa aku berpeluang lulus karna menggantikan beliau (temanku yang mengundurkan diri itu). Masyaallah secercah harapan yang udah sirna itu kembali muncul. Statusku masih sebagai orang yang berpeluang, bukan orang yang mendapat kepastian. Aku disarankan untuk segera membuat pasport karna penerima beasiswa kadersurau akan mengikuti Sarasehan Nasional pada tanggal 16 juli 2019 di Bogor. Pembuatan pasport bertujuan karena rombongan Aceh akan transit di Malaysia. Rabu pukul 6.30am aku segera pergi ke kantor imigrasi kota Lhokseumawe untuk mengurus pasport, ternyata harus mengambil nomor antrian online. Ketika aku hendak mengambil antrian, ternyata antriannya penuh, aku juga sudah check antrian di Banda Aceh yang juga sudah penuh, akhirnya aku mengambil antrian online di kantor imigrasi Langsa pada kamis jam 2 siang. Keesokan harinya (kamis pagi), aku berangkat dari Lhokseumawe ke Langsa memakan waktu 4 jam. Setelah sampai di Langsa, berkasku nggak bisa diproses, dan aku gagal membuat pasport. Aku benar-benar dalam kondisi dipersulit. Pukul 18.00, aku kembali ke Lhokseumawe. Ditengah perjalanan, aku mendapat telfon bahwa aku sudah positif lulus beasiswa tanpa perlu membuat pasport. Ketika sampai dirumah, langsung kupeluk kedua orangtuaku. Sampai disini, kamu harus benar-benar paham bahwa Allah adalah sebaik-baik pembuat skenario. Sampai disini, kamu harus paham kalau aku baru saja mendapatkan surprise yang begitu romantis.

Statusku sebagai pemburu beasiswa memang berhenti disini, di Kader Surau, tapi statusku sebagai pejuang beasiswa akan terus berlanjut sampai kapanpun. Terimakasih haturnuhun terimonggeunaseh aku ucapkan untuk kedua orangtuaku, untuk guru-guruku dan untuk teman-teman yang menjadi saksi perjuanganku. You have a special place in my heart.