. Aku ingin menculik mereka. Membuatkan mereka rumah beraula yang penuh kaca. Sawah, sungai, dan kebun teh yang terletak di lereng gunung. Terkukung dalam masyarakat yang masih menjunjung tinggi kearifan lokal dan modal sosial. Setiap pagi olahraga rutin untuk membentuk kedisiplinan waktu. Habis itu digodhog dengan upacara bendera tiap pagi dan tiap hari untuk menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap bangsanya. Makan pun tanpa micin dan menggunakan omprengan. Tentunya cuci piring, gelas, dan kawannya secara mandiri. Seharian mereka akan belajar yang mereka suka. Menanam, menggambar, bermusik, berpuisi, dan lain sebagainya yang intinya mereka riang menjalankannya. Malamnya adalah refleksi. Dimana mereka menceritakan kembali apa yang telah dipelajari seharian, kemudian berbagi ke teman-teman yang lain. . Aku tidak ingin mereka terjebak dalam kegagalan sistem pendidikan di negeri ini. Mencekoki mereka dengan teori-teori dan pelajaran yang membuat sesak nafas. Yang akhirnya lambat laun hanya akan membunuh mereka secara perlahan. Aku tidak ingin mereka terjebak dalam 'pendidik' yang suka menghakimi sepihak. Tidak mendialogkan itu semua dalam satu forum meja. Bukankah negeri ini dahulu berdiri atas asas musyawarah? Kenapa 'musyawarah' semakin jarang ditemukan di negeri ini. Aku ingin menghilangkan mereka di antara beton-beton yang secara tidak langsung memenjarakan jiwa, raga, dan pemikiran mereka. . Gerakkan ini gila. Jalannya mendaki, menurun, melewati jalanan terjal, dan kadan terseok-seok untuk melewatinya. Tapi percayalah, hasil tidak pernah membohongi proses. Kelak di atas puncak dapat melihat sesuatu yang sangat kedamaian dalam hati dan menghilangkan segala lelah yang melekat. .
QUOTES #60
. Aku ingin menculik mereka. Membuatkan mereka rumah beraula yang penuh kaca. Sawah, sungai, dan kebun teh yang terletak di lereng gunung. Terkukung dalam masyarakat yang masih menjunjung tinggi kearifan lokal dan modal sosial. Setiap pagi olahraga rutin untuk membentuk kedisiplinan waktu. Habis itu digodhog dengan upacara bendera tiap pagi dan tiap hari untuk menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap bangsanya. Makan pun tanpa micin dan menggunakan omprengan. Tentunya cuci piring, gelas, dan kawannya secara mandiri. Seharian mereka akan belajar yang mereka suka. Menanam, menggambar, bermusik, berpuisi, dan lain sebagainya yang intinya mereka riang menjalankannya. Malamnya adalah refleksi. Dimana mereka menceritakan kembali apa yang telah dipelajari seharian, kemudian berbagi ke teman-teman yang lain. . Aku tidak ingin mereka terjebak dalam kegagalan sistem pendidikan di negeri ini. Mencekoki mereka dengan teori-teori dan pelajaran yang membuat sesak nafas. Yang akhirnya lambat laun hanya akan membunuh mereka secara perlahan. Aku tidak ingin mereka terjebak dalam 'pendidik' yang suka menghakimi sepihak. Tidak mendialogkan itu semua dalam satu forum meja. Bukankah negeri ini dahulu berdiri atas asas musyawarah? Kenapa 'musyawarah' semakin jarang ditemukan di negeri ini. Aku ingin menghilangkan mereka di antara beton-beton yang secara tidak langsung memenjarakan jiwa, raga, dan pemikiran mereka. . Gerakkan ini gila. Jalannya mendaki, menurun, melewati jalanan terjal, dan kadan terseok-seok untuk melewatinya. Tapi percayalah, hasil tidak pernah membohongi proses. Kelak di atas puncak dapat melihat sesuatu yang sangat kedamaian dalam hati dan menghilangkan segala lelah yang melekat. .
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.pictame.com/user/irawandharmas/359307329