Dua unggahan saya di luar dugaan mendapat respon yang luar biasa, yang pertama berjudul Sekolah Garasi, Sekolah Berbasis Keluarga dan kedua Guru Sebagai Pekerja...?? Yang pertama mendapat tanggapan lebih dari 2200, dibagikan lebih dari 800 kali dan dikoment lebih dari 1000 kali dalam waktu 3 hari, sementara yang kedua, yang saya posting kemarin mendapat tanggapan lebih dari 200, dikomentari lebih dari 100 dan dibagikan hampir 50an.
Isi pokok kedua postingan itu relatif sama, yaitu tentang kebijakan sekolah mengijinkan guru mendidik dengan membawa putranya. Banyak lembaga pendidikan yang sudah mengijinkan, malah memfasilitasi, namun jauh lebih banyak lagi yang tidak mengijinkan. Sebagai orangtua, khususnya bunda guru menghadapi dilematis, apakah akan resign sebagai guru, atau meninggalkan anak di rumah dengan berbagai permasalahannya.
Dari ribuan tanggapan, komen dan dishare itu bisa dibagi menjadi 3 kelompok, sebagian besar mendukung guru mendidik sambil membawa putranya meski di lembaga pendidikan beliau belum atau tidak menerapkan kebijakan itu, sebagian kueciiil mendukung dan di lembaga beliau sudah menerapkan sekolah ramah terhadap putra guru, dan kelompok ketiga, hanya bisa dihitung dengan jari sebelah tangan, adalah beliau-beliau yang tidak setuju dan menentang guru mendidik sambil bawa putranya.
Dari komen-komen yang sahabat-sahabat sampaikan, tersembunyi kisah yang menarik yang sahabat hadapi dengan kebijakan mendidik boleh membawa putra. Untaian kisah-kisah the best practice tentang mendidik sambil membawa putra ini seandainya bisa dirangkai dalam satu buku, alangkah bermanfaatnya.
Manfaat pertama, untuk menjadikan Mendidik Membawa Putra itu sebagai gerakan yang dinamis yang membawa dampak tidak saja secara mikro tingkat lembaga, melainkan gerakan yang cetar membahana dari Sabang sampai Merauke, dari Natuna sampai Kupang. Sebagai gerakan maka perlu kisah-kisah inspiratif yang mendukung pentingnya gerakan Mendidik Membawa Putra
Manfaat kedua, sebagai ajang kampanye dan promosi untuk memberikan pemahaman dan kesadaran bagi pengambil kebijakan pendidikan, tidak saja di tingkat satuan pendidikan seperti kepala sekolah dan yayasan untuk lembaga pendidikan swasta, namun juga untuk level yang lebih tinggi seperti Menteri Pendidikan dan punggawanya di level pusat, Kepala Dinas Pendidikan dan perangkatnya di tingkat propinsi, kabupaten dan kecamatan, pengawas, penilik dan semua pemerhati, pengamat, pemeduli dan pelaku pendidikan itu sendiri. Menurut rencana buku ini akan dikirimkan ke Kemendikbud Pusat dan disajikan dalam Konvensi Pendidikan di Kediri Juni-Juli 2018, dan disebarkan oleh semua sahabat yang menulis dalam buku ini sebagai hadiah cendera mata kepada yang terkasih dan terkait
Manfaat ketiga sebagai ajang berbagi pengalaman dan ilmu tentang bagaimana perjuangan bunda dan bapanda mendidik siswanya dengan tanpa meninggalkan putranya di rumah. Mungkin bagi bunda n bapanda guru yang memiliki gaji yang tinggi, mampu membayar babysitter, di sekitarnya ada Taman Pengasuhan Anak tidak bermasalah, namun bagi ratusan ribu bunda dan bapanda guru yang honorer dan sukwan yang honornya hanya 200-600 ribu, domisilinya di pelosok, tidak ada yang mengasuh di rumah kecuali orang-orang seadanya seperti kakaknya, kakek dan neneknya, tetangganya dsb, maka stimulasi baik asupan gizi maupun stimulasi pendidikannya menjadi sangat memprihatinkan. Dengan membaca kisah-kisah heroik namun nelangsa, insyaaallah semua sahabat yang memiliki putra kecil bisa terinspirasi oleh kisah-kisah sahabatku
Congratulations @sahlanalachi! You received a personal award!
Click here to view your Board
Congratulations @sahlanalachi! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!