PENGEMBALA CITA
Sedikit kucerita sepi, Ini nyata bukan fiksi
Melalang dirantau orang
Cukup banyak yang kuratapi
Banyak kulihat, bahkan mereka tak melihat ku
Kalau mereka bertanya kenapa aku pergi kesini?
Katakan aku mencari jati diri
Kisahkan ilmu yang ku buru
Nasehatkan kalau aku pecandu cita
Kalau mereka bertanya kenapa aku kesini?
Yakinkan mereka kalau aku telah terusir
Idiologiku yang mengusir
Aku dikejarnya
Katanya, pergi jauh-jauh kesana
Kesana. Ia menunjuk
Menyuruhku mengembala kesini
Katanya aku akan binasa bila disitu lama-lama Idiologiku dan mereka tak sama
Mungkin belum sama, dan aku akan samakan
Tapi nanti. Setelah ku mengembala
Kalau mereka bertanya kenapa aku pergi kesini?
Katakan aku akan kembali kesana
Lamnyong, 09 Mei 2016
Buah pena, M Yusrizal
NIKMATI YANG ILAHI SEDUH
Beraneka ragam
Alurnya masing-masing. Hiruk pikuk
Menikmati itu paling enak
Hiruplah udara dingin itu
Di temani bintang mempersunting malam.
Semua itu dilukis rapi, melahirkan destinasi tersendiri
Tidak perlu gemerlapan itu
Cukup menikmati yang Ilahi seduh
Menyeruput nikmatnya hidup
Disepoikan angin manja itu
Dilenterakan bulan diatas sana
Cukup berdecak kagum dan bertasbih risih
Aku masih bisa menikmati hidup.
Lamnyong, 24 April 2016
Buah pena, M Yusrizal
Note:
Puisi ini dibuat oleh admin @lingkananggroe sebagai kisah perjuangan hidupnya di rantau orang (Banda Aceh). Puisi ini juga disuguhkan bagi siapa saja penikmat sastra indonesia. Salam literasi.
Mohon di uvote sahabat