Picture Book, Buku Bergambar, Benar-benar Buku yang Dibuat Penuh Gambar

in #art6 years ago

rainbow-paint-splatters-splatter-paint-wallpaper---wallpaper-panda.jpg

Bayangkan ketika kita sedang menghadapi tumpukan buku dan diminta memilah mana yang dikategorikan buku bergambar, yang mana bukan. Tentu yang pertama kali kita tanyakan dalam diri: syarat sebuah buku disebut buku bergambar itu apa sih?

Jauh-jauh hari sebelum memulai tulisan ini saya sudah memikirkan cukup dalam bagaimana ketika saya diminta menjelaskan definisi ini? Apakah akan berakhir klasik seperti meminta seorang yang telah bisa bersepeda untuk menjelaskan bagaimana cara mengendarai sepeda? Jika tidak ada batasan ditambah dengan sejumput keberanian, mungkin ini akan saya lompati, tak terbahas.

Baiklah.

Sejauh yang saya telusuri bahwa buku bergambar adalah sebuah buku yang seluruhnya atau sebagian besar adalah gambar. (a book that consists wholly or chiefly of pictures. Dapat dicek di www.merriam-webster.com.) Sementara sumber lain menerangkan sebagai “A book containing many illustrations, especially one for children” (https://en.oxforddictionaries.com). Kurang lebih senada, hanya menerangkan kalau peruntukannya lebih khusus untuk anak-anak.

Kedua definisi tadi secara umum dapat dipahami. Tentu saja dengan membekali diri kita tentang pemahaman mendalam tentang buku komik, buku cerita anak bergambar, dan novel grafis sehingga tak turut memasukkan kelompok ini ke dalam lingkup buku bergambar. Walaupun demikian, selalu ada celah pengecualian untuk kedua definisi tersebut. Sebut saja buku “The Book With No Pictures” karya B.J. Novak misalnya. Meskipun tidak dicantumkan sebagai picture book, bagi saya itu adalah buku bergambar yang unik. Mengapa unik dan mengapa pengecualian terhadap definisi yang telah disebutkan? Karena buku tersebut hanya terdiri dari deretan kata (teks) tanpa gambar sama sekali. Halamannya juga putih, bersih. Nah, untuk buku ini pernyataan buku yang bergambar akan terbantahkan, bukan. Buktinya tidak ada gambar. Nah?

Terkait dengan pembaca anak-anak, kini buku bergambar hampir dinikmati oleh berbagai usia. Boleh dikatakan inilah salah satu keunikan buku bergambar. Meskipun membaca buku yang sama, antara pembaca anak dengan dewasa akan menemukan makna dan (kedalaman) pemahaman yang berbeda. Contoh mahaklasik adalah “Where the Wild Things Are” karya Maurice Sendak. Buku bergambar yang terbit pertama kali tahun 1963 dan bahkan telah diadaptasi menjadi film ini menceritakan dunia anak yang penuh imajinasi melalui tokoh Max. Dia membayangkan dirinya berpetualang ke dunia yang liar penuh binatang buas (Wild Things). Bagi pembaca anak-anak buku ini mungkin tak lebih dari penggambaran imajinasi tentang dunia antah-berantah yang hanya ada dalam pikiran terliar mereka. Namun bagi pembaca dewasa, ulasan terhadap isi dan teknik penyajjian cerita dalam buku ini tak kunjung henti terutama jika dikaitkan dengan teori psikoanalisa tentang kemarahan manusia.

Demikianlah kurang lebih gambaran singkat yang saya uraikan untuk menekankan bahwa buku bergambar sejatinya tidak selalu melulu ada gambar. Selain itu ia hadir tak hanya untuk pembaca anak, tetapi juga kini cenderung dinikmati pembaca dewasa.

Gambar Mendominasi Tulisan?

Untuk perkara gambar yang disebutkan lebih dominan di banding tulisan, bagi saya tak terbantahkan karena secara umum memang benar. Secara umum tanpa membahas beberapa pengecualian. Sekali lagi saya gunakan “Where the Wild Things Are” sebagai contoh sebab buku setebal 40 halaman ini hanya terdiri dari 338 kata (dalam bahasa Inggris). Dapat dibandingkan dengan cergam atau bahkan komik yang pada umumnya akan jauh lebih banyak kata disbanding buku ini.

Contoh lain tentang pernyataan betapa minimnya kata adalah buku superlaris “Good Night Gorilla” karya Peggy Rathmann yang terbit pertama kali tahun 1994. Buku ini sangat minim kata karena tiap halaman hanya berisi ucapan tokoh “Good Night…” ditambah nama hewan yang dia sapa di akhir kalimat. Benar-benar gambar mendominasi dalam setiap halaman buku ini.

Akhirnya, contoh tak terbantahkan tentang gambar yang mendominasi tulisan dalam buku bergambar adalah terbitnya buku bergambar tanpa teks. Jadi seisi buku sepenuhnya hanya gambar yang dijalin sedemikian rupa menjadi alur cerita utuh. Jadi pembaca seolah-olah berbisik sendiri tentang apa yang terjadi setiap kali membuka halaman baru. Teks diciptakan sendiri di kepala pembaca.

Contohnya? Banyak!
Namun salah satu karya buku bergambar tanpa teks yang saya tahu adalah Flora and the Flamingo, karya Molly Idle.
Demikianlah materi kuliah pertama saya hari ini. Semoga Anda bisa menikmati bacaan ini.
Terima kasih sudah berkenan membaca.

Gusti Guna
Bali, 16 Mei 2018

foto pemenang finish compr.jpg

Sort:  

Congratulations @gustiguna! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of posts published

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.

To support your work, I also upvoted your post!
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Upvote this notification to help all Steemit users. Learn why here!

Congratulations @gustiguna! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Do not miss the last post from @steemitboard:

Are you a DrugWars early adopter? Benvenuto in famiglia!
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!

Congratulations @gustiguna! You received a personal award!

Happy Steem Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Do not miss the last post from @steemitboard:

Downvote challenge - Add up to 3 funny badges to your board
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!