Sebenarnya saya tidak mau menulis tentang ini, karena peluangnya sangat menipis untuk driver itu membaca di steemit. Kecuali kalau masuk Koran Serambi, baru noh di baca. Walaupun begitu, setidaknya ini jadi pembelajaran buat teman-teman dan kita semua seandainya punya niat mau menjadi driver angkutan umum.
Tahun lalu, saya pernah punya pengalaman buruk sama becak. Saat itu baru pulang kerja, sekitar jam 15.30 wib. Kejadian ini terjadi di Lamreung, Aceh besar. Kira-kira satu menit lagi tiba di kos-kosan. Laju kecepatan 40/km. Karena jarak sudah mendekati kos, kendaraan saya bawa dengan pelan.
Tiba-tiba ada becak barang menikung dari samping, sempat spontan tertekan klakson yang cukup mengejutkan banyak orang. Belum juga menghembus napas ke tiga, datang becak barang dari arah berlawaan dengan kecepatan mereka sama tajam. Maka terjadilah laga becak. Salah satu becak terbelah dua. Dan saya ikut-ikutan menjadi korban dari adu laga mereka. Stang Sepmor saya baling. Kaca spion pecah. Rok robek di bagian lutut. Kaki bengkak sekian lama dengan otot punggung nyeri. Syukur kaos kaki, rok, dan manset tangan yang saya kenakan hari itu cukup tebal. Sehingga tidak terlalu parah lecetnya.
Ada lagi, nih.
Beberapa tahun lalu saat saya masih menempuh pendidikan di Unsyiah. Tepat di depan Perpustakaan Unsyiah. Bersama seorang teman, kebetulan saya yang menjadi drivernya. Saya sudah pasang lampu sen dan mengambil sisi kanan untuk belok ke kanan menuju Perpustakaan Unsyiah. Seperti kejadian di atas, driver labi-labi menikung dari belakang dengan kecepatan keterlaluan di saat jalan lagi ramai dengan mahasiswa lalu-lalang. Dia bunyikan klakson keras sambil menikung. Kalian bisa bayangkan bagaimana kondisi jantung kami saat itu. Dan drivernya tertawa bahagia karena sudah membuat kami jengkel sambil mainkan klakson berkali-kali.
Dan Lagi
Kakak perempuan saya pernah mengalami kecelakaan parah. Dan ini yang paling parah. Di Langsa tepat di depan Rumah Sakit Umum Kota Langsa. Driver Becak tiba-tiba menikung dari belakangnya dan berhenti mendadak tepat di depan Kakak. Maka terjadilah, lecet di sana- sini. Kaki dan tulang belakangnya terkilir.
Lagi !!!
Saat musim hujan. Di depan Fakultas Kedokteran Unsyiah. Saya berangkat dari kos-kosan menuju kampus karena ada jadwal kuliah. Kebetulan hujannya sudah berhenti, hanya air yang tergenang di beberapa ruas jalan. Lagi-lagi, driver Labi-Labi yang pikirannya entah di mana. Jlepp satu badan tersemprot air. Jika Si Bapak ini membawa dengan pelan, pasti tidak akan separah ini akibatnya.
Kejadian seperti ini sebenarnya bukan sekali atau tiga kali saja saya alami sampai sekarang. Bahkan sampai kemarin sore, saya masih mengalami hal yang sama. Syukur tidak sampai jatuh karena berhasil menekan rem dengan cepat. Nah, bagaimana kalau seandainya di belakang saya juga ada orang. Efek dari menekan rem dadakan juga sangat berbahaya.
Maka dari semua kejadian yang pernah saya alami. Saya sangat berharap agar kalian yang membacanya dapat menasehati driver ini secara langsung. Mungkin hari ini saya yang menjadi korbannya. Nah, bisa jadi ke depannya kalian yang menjadi korban akibat kecerobohan mereka.
Tolong, ya... tolong!!!. Bapak-bapak, Saudara-saudara, jalan adalah milik bersama. Hewan pun punya hak memiliki jalan. Jadi jangan menggunakan jalan umum seakan-akan Anda sedang melayangkan layang-layang. Nah, saya kasian sama driver becak dan labi-labi yang perangainya baik, sopan, dan patuh peraturan lalu lintas. Gara-gara ada yang rusak satu, rusak lah semuanya dimata orang. Wallahu’alam...