Kerak Peradaban Aceh, Review Acehnologi (III : 22)

in #acehnologi6 years ago (edited)

 

  Assalamualaikum wr, wb. Apa kabar teman-teman steemian semua? Semoga kita selalu dalam lindungan Allah swt, saya akan mereview buku Acehnologi yang ditulis oleh bapak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad yang biasa disebut bapak KBA, beliau adalah dosen saya di UIN Ar-Raniry tepatnya di fakultas Syari’ah dan Hukum. Kali ini saya akan mereview buku volume 3, kita akan mulai mereview buku ini dari bagian kelima bab pertama yaitu bab 22 yang membahas tentang Kerak Peradaban Aceh, pembahasan yang cukup menarik untuk kita ulas. 

Di halaman 739 dikatakan tujuan dari bab ini adalah untuk membuka kembali kesadaran masyarakat Aceh mengenai Peradaban Aceh. Kesadaran yang dimaksudkan adalah proses manusia memulai mengenali apa yang membuat dia berpikir dan bergerak sebagai “saya” di atas muka bumi ini. Proses kesadaran akan peradaban bagi suatu bangsa merupakan hal yang paling penting. Karenanya, tidak mungkin membangun suatu bangsa, jika bangsa tersebut tidak memiliki kesadaran akan peradaban mereka sendiri. Bab ini akan mencoba mencari dimana terjadi ketidaksinambungan antara spirit yang menjadikan alasan bagi orang Aceh untuk mengatakan bahwa: “Saya orang Aceh.”

 Pada bab ini bapak KBA sedikit memperkenalkan buku karya Mochio Kaku yang menegaskan bagaimana sejarah dunia yang didominasi oleh peradaban Barat hingga tahun 2100. Buku tersebut menjelaskan bagaimana fase demi fase peradaban dunia nantinya. Dalam buku tersebut dikenalkan sebuah istilah baru yaitu planetary civilization (peradaban planet), ini merupakan hasil kreasi pemikiran manusia abad ke-21 yang merupakan hasil dari peradaban pada era modern di Barat. Ketika terjadi proses pertemuan alam dan manusia, di Barat kerap dirujuk pada pemikiran Hegel, yang memunculkan konsep geist (spirit), pemikiran ini yang menjadi salah satu dari konsep planetary civilization pada abad ke-17. Ketika Hegel sedang menemukan konsep ini, Aceh juga sedang mengalami hal yang sama. Perbedaannya Hegel lebih banyak mengambil dari spirit dan kajian Kristen, sedangkan di Aceh lebih banyak didasarkan pada kajian keislaman. 

Ketika Aceh memiliki kejayaan peradaban pada abad ke-17, ada sesuatu kekuatan spirit kosmik yang mengitari kehidupan rakyat Aceh. Masih dalam abad yang sama yaitu abad ke-17 Masehi, Aceh mengalami keruntuhan dikarenakan dari sisi spirit saat itu sedang bergejolak satu pemikiran mengenai falsafah hakikat manusia.

 Ketika Aceh bergabung dengan RI (Republik Indonesia), Aceh diberi gelar istimewa yang saat itu hanya ada dua daerah yang mendapat gelar istimewa tersebut yaitu Aceh dan Yogyakarta. Akan tetapi sampai sekarang Aceh tetap tidak menampakkan keistimewaannya, apalagi mencapai kegemilangan. Dari beberapa uraian pada bab ini, tampak bahwa gelar istimewa yang diberikan kepada Aceh tidak membawa perubahan yang berarti bagi provinsi ini. Sedangkan daerah Yogyakarta malah sebaliknya, dengan gelar keistimewaan ini rakyatnya dengan sangat bersahaja tetap bersatu padu. 

Spirit Islam sebagai kekuatan kerajaan Aceh hilang dengan sendirinya, inilah yang menyebabkan mengapa saat ini kekuatan politik di Aceh tidak memiliki sumbu atau pusat kosmos. Di Aceh spirit Islam kemudian diputar menjadi spirit untuk berjuang atau jihad. Adapun spirit kebudayaan orang Aceh memang memiliki akar dari peradaban besar di dunia ini. Peradaban seperti India, Arab, Cina, dan Eropa, hampir semuanya pernah berkiprah di Aceh. Spirit yang terakhir adalah spirit ilmu pengetahuan, spirit inilah yang membuat Peradaban Aceh mampu berada di garda paling depan. Dalam bab ini dikatakan pula bahwa kebersatuan spirit itulah yang melahirkan peradaban Aceh. Upaya untuk memperkenalkan tiga spirit ini ke generasi muda Aceh bukanlah sesuatu yang amat mudah, mengingat hampir dua ratus tahun Aceh mengalami proses de-strukturisasi sosial dan de-moralisasi yang sangat mengkhawatirkan. Indonesia telah mengembalikan spirit Aceh, karena mereka paham akan kondisi alam Aceh. Inilah agenda besar dalam membangkitkan peradaban Aceh pada era modern. 

Abad ke-21 ini adalah era planetary civilization. Inilah zaman kesempatan bagi orang Aceh untuk membangkitkan kembali Peradaban Aceh. Di halaman 756, telah disebutkan beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk menemukan kembali peradaban Aceh. Pertama, menemukan kembali aspek-aspek yang menghidupkan Kosmologi Aceh. Kedua, membina jaringan intelektual untuk menyatukan visi dan misi mengenai arah masa depan Aceh dalam tiga bidang yang telah memberikan spirit jatidiri orang Aceh yaitu Islam, budaya, dan ilmu pengetahuan. Ketiga, menggerakkan alam pikir orang Aceh dari romantisme sejarah ke pencarian spirit-spirit dalam setiap episode sejarah Aceh. Keempat, membuka mata hati dan batin terhadap kemampuan peradaban lain yang sedang menggerakkan kekuatan spiritual mereka ke tanah Aceh.  

Mungkin cukup sekian review dari saya mengenai bab ini, masih banyak bab selanjutnya yang akan saya review, semoga teman-teman steemian semua tidak bosan membacanya, wassalamualaikum wr, wb.