“Aceh dan Munir adalah sama, nasibnya sama-sama tidak jelas.”
Omah (dalam bahasa Jawa berarti Rumah) Munir adalah museum tentang perjuangan melawan lupa atas segala kasus pelanggaran hak asai manusia (HAM) yang terjadi di Indonesia. Omah Munir hadir sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan keadilan atas meninggalnya Munir Said Thalib, seorang aktivis HAM yang tewas diracun saat dalam perjalanan menuju Amsterdam, Belanda pada tahun 2004.
Omah Munir terletak di kawasan wisata Kota Batu, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Omah Munir sendiri berisi koleksi pribadi Munir sebelum meninggal, serta segala tindak tanduknya dalam memperjuangkan HAM di Indonesia. Selain itu, Omah Munir juga menjadi tempat untuk berdiskusi isu-isu HAM dalam upaya merawat cerita bahwa negeri ini belum sepenuhnya adil dalam memperlakukan setiap warga negaranya.
Sebagai orang Aceh yang berkesempatan berkunjung ke Omah Munir beberapa waktu lalu. Saya tertarik pada salah satu sudut yang membuat Omah Munir yang berisis pajangan tentang cerita pelanggaran HAM Aceh masa lalu, sudut itu bernama Aceh Corner.
Aceh Corner sendiri berisi cerita pelanggaran HAM Aceh seperti Tragedi berdarah Simpang KKA, Rumoh Geudong, Tengku Bantaqiah, hingga informasi orang hilang pasca tragedi darurat operasi militer (DOM). Semua kejadian ini menewaskan banyak warga sipil Aceh, saat kematian terjadi orang Aceh menangis, sementara pelakunya bebas berkelian diluar sana tanpa melalui proses peradilan yang pantas.
Bagi saya, Munir adalah Aceh dan Aceh adalah Munir, Karena Munir berani melawan ketidakadilan negara, mengungkap segala bentuk pelanggaran HAM yang terjadi di Aceh. Kasus Munir dan Aceh, setidaknya jadi pertanda bahwa betapa negara kehilangan kewibawaannya untuk menuntaskan berbagai kasus pelanggaran HAM dan kejahatan terhadap kemanusiaan di masa lalu.
Dari Omah Munir kita bisa belajar tentang arti Munir hari ini, bahwa selama pelaku pembunuhan Munir belum ditemukan dan ditangkap, maka selama itu pula saat kita bicara benar hidup kita terancam, segala macam teror akan menghampiri kita. Kasus Novel Baswedan sang penyidik KPK yang dicelakai sampai saat ini belum ditemukan pelakunya menjadi salah satu bukti untuk kita terus bersuara.
Selama perlawanan masih ada, maka Munir-Munir lain akan tetap ada dan terus berlipat ganda. Semoga kita termasuk kedalam barisan orang-orang yang bersuara lantang menyuarakan hak kita sendiri, maju Aceh, maju Indonesiaku.
MUSEUM OMAH MUNIR | Jalan Bukit Berbunga No.2, RT 4/RW 7, Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur 65317 | Buka Setiap Hari Selasa-Minggu Pukul 10.00-16.00 WI | Biaya Masuk Gratis | Website : http://omahmunir.com/
Penulis adalah Muhammad Akbar (@sisilain) | Delegate Chamber Peace Justice, Great Indonesia Leaders Summit (GILS) 2017.
Follow me @sisilain, dan jangan lupa upvote. Terima kasih sudah mampir.
Nice
Thank you.
Same same