Langit Kota Banda Aceh tiba-tiba murung. Mendung dan pekat. Padahal lonceng jam dinding di kamar depan sebuah rumah disudut kota itu,baru berdetak tiga kali, menandakan masih sangat siang. Angin cukup deras meruntuhkan daun-daun asam di sepanjang pagar rumah bercat hijau muda itu.
Sekonyong-konyong sebuah mikrolet berhenti persis di gerbang pagar. Seorang pemuda bertubuh kerempeng bergegas turun, dan dengan cekatan berlari melawan butir-butir hujan yang sejak setengah jam lalu mengguyur kota.
”Assalamualaikum!” Seru pemuda, dengan tubuh menggigil kedinginan.
Seorang perempuan muda menyahut salam, dan menyambutnya dengan ramah. Wajahnya menampakkan kegembiraan yang amat sangat.
”Tumben, datang hujan-hujan,”sambut perempuan itu.
”Aku rindu sekali, Lina. Kupikir, hujan bukanlah suatu hambatan yang berarti untuk menemuimu. Karena rintanganku lebih deras dari hujan sore ini,” pelan suara pemuda itu menahan dingin.
”Apakah kamu keberatan menerimaku sore ini?” Tanya pemuda.
”Wah sejak kapan aku pernah begitu Zaf,” perempuan bertanya demikian manja. ”Bahkan kata-kata yang kamu ucapkan barusan, aku sangat senang mendengarnya. Sungguh.”
Suasana hening sesaat. Tak ada yang bersuara, sampai Lina berucap, ”Tunggu sebentar ya Zaf, aku ke belakang,” kata Lina sambil berlalu. Pemuda itu memperhatikannya sampai hilang dibalik pintu. Sebungkus rokok kretek yang sejak tadi nganggur di saku bajunya yang sedikit basah, dikeluarkan. Zaf mengambil sebatang dan menghisapnya dalam-dalam. Asap rokok mengepul-epul memenuhi ruang tamu rumah itu. Sunyi sekali.
Lina datang dengan membawa secangkir kopi, dan segelas teh utnuk dirinya sendiri.
”Diminum kopinya , biar dinginnya hilang,” kata Lina sambil menghirup teh hangat yang ia buat sendiri.
”Ya, terima kasih, Lina. Kamu sungguh mengerti aku,” jawab Zaf.
Suasana kembali sepi. Mata Zafra melongok keluar, memperhatikan anak-anak mandi bertelanjang dada. Bau tanah dan daun-daun asam yang gugur. Menebar wangi alami. Nikmat sekali.
”Lina ,” tegur Zaf memecah kesunyian. “Aku datang kemari, sebenarnya punya tujuan yang cukup penting bagiku. Apakah kamu siap mendengarnya?”
”Apakah hal itu menyangkut juga diriku, atau sangat perlu kuketahui?”
”Ya ini perlu kamu ketahui. Dan sangat penting bagi kelanjutan hubungan sangat penting bagi kelanjutan hubungan kita di hari-hari mendatang,” ujar Zaf tegas
”Hal apa itu,”tanya Lina.
”Ya,tentang kita, Zafra melongok lagi keluar. Ada seorang anak jatuh karena licinnya tanah yang diguyur hujan.
”Putus , maksudmu?’ Lina tambah penasaran.
”Entahlah. Tapi aku kira sebaliknya.” jawab Zaf datar.
”Kamu masih menganggap aku kekasihmu, kan? Mohonlah jangan bertele-tele, Zaf,” pinta Lina.
Suasana sedikit tegang. Meski hujan tambah menderas.
”Kuharap kamu tidak terkejut mendengarnya, Lina. Aku...aku, mau melamarmu dalam waktu tak lama lagi, ” suara Zaf keluar tersendat. Ia menangkap ada keterkejutan pada diri Lina. Lalu, keduanya kembali membisu. Hanya desah nafas yang terdengar tak beraturan.
”Apakah aku tak salah dengar, Zaf. Atau kamu telah ngawur, hingga mengeluarkan kata-kata keliru.”
”Pernahkah selama ini aku berolok-olok Lin. Aku serius, kuharap kamu menjawab dengan segala kejujuran dan ketegasan. Walaupun jawaban yang kuterima barangkali akan mengecewakanku.”
Suara Zafra hampir tak terdengar, lembut sekali.
”Aku bukan tidak terima, Zaf. Aku pikir kamu terlalu tergesa-gesa manyatakannya. Bukankah kamu pernah bilang , jangan terlalu berharap padaku?”
Lina tak mampu membendung rasa bahagia itu, ia menangis.
”Barangkali kamu betul, Lin, bahwa aku terlalu terburu-buru. Tetapi, sesungguhnya aku juga tak mampu membendung kerinduan yang selama ini menyiksaku dalam meniti hari-hari yang jauh darimu. Bolehkan aku jujur, untuk mengatakan semua ini?” Tanya Zaf seolah tak menghendaki jawaban.
Lina diam menikmati kata-kata yang diucapkan Zaf. Lalu:
”Apakah kamu telah mempertimbangkan semua ini secara matang, Zaf, Karena perkawinan bukanlah pacaran. Itu tidak sama. Perkawinan adalah untuk mengikuti sunnah Rasullullah untuk hidup dalam satu rumah yang diikat oleh satu pernikahan yang sah. Aku takut kamu belum siap, Zaf.
Aku tak mau rumah tangga yang kita bangun nanti jadi rusak oleh pertengkaran. Lalu, terjadilah perceraian. Bukankah perceraian merupakan perbuatan halal yang sangat dibenci Allah?” kalimat panjang ini mengalir deras dari bibir Lina yang gemetar.
”Kalau ukuran kesiapanku adalah uang, kamu betul, Lin. Aku belum siap , aku belum kerja secara tetap, meski ada ijazah.” Zaf juga gemetar.
Untuk menghilangkan kegemetarannya, ia menyalakan lagi sebatang kretek, lalu berucap: ”Tapi , kalau kesiapan yang kamu maksud adalah mental, barangkali aku siap. Dua tahun adalah waktu yang panjang bagiku untuk penjajakan sambil diam-diam aku menilai pribadimu, menilai semua yang kamu miliki. Hingga aku berkesimpulan, bahwa kamulah yang sesuai bagiku,bagi ibu anak-anakku.
Kamulah Lina, perempuan yang sering diceritakan para ustaz, dan memenuhi kriteria yang diharap ibuku. Kamu...kamu, cantik lahir dan bathin, Lina.”
Detak jantung Lina tambah cepat dan tak teratur. Ia terharu sekali. Memang kata-kata ini yang selama ini dinantinya. Namun ia berujar:
”Jangan terlalu banyak memuji, Zaf. Aku bukanlah seperti pujiannya. Aku manusia tidak sempurna,” isak Lina berubah tangis dengan suara keras . Tangis bahagia yang amat sangat.
Diluar hujan sedikit mereda. Hanya angin sore yang tambah menderas, masuk lewat pintu jendela yang terbuka lebar. Suasana sejuk dan sunyi. Tapi tangis Lina tambah deras tumpah dari dua matanya yang bening. Tangis keharuan seorang perempuan.
Orang-orang yang tadinya berteduh di sebuah kios di seberang jalan mulai beranjak pergi, seiring hujan yang makin reda. Tapi Zafra tetap tak beranjak dari kursi rotan rumah Lina, ya Zafra , susah untuk beranjak pergi, karena Pipi Lina sangat lengket bersandar di bahunya yang basah (1992) ***
Buat Kemala
Great writing, awesome poet
Memang hebat dia...jkf
Aku rindu FIk, bang Afdhal juga. Sempatkanlah kita ngopi oke
Kopi #aceh ya
Penyair yang selalu keren
Saleum bang Fik. Sudah postingkah?
Copy paste postingannya di grup kalau sudah posting bang. Biar dilist di daftar postingan setiap harinya.
Thankyou Dokter. Mohon bimbingan juga supaya saya kelihatan bergizi :)
Tagnya masih belum pas bang. Tag pertama harus sesuai konten tulisan. Ke dua dan seterusnya tambahin kira-kira nyambunglah dengan tulisan abang. Ni Ana kasih contoh tag untuk postingan yang ini.
fiction story indonesia life steemitbudaya
Ketika kita belajar semuanya belum pas. tapi setelah pandai tidak boleh lagi tidak pas. harus ngepas ya kan @willyana :)
Mantap,,, saleum,,, :)
Terimakasih bro. Semuanya akan jenaka pada waktunya
Aduh romantisnya. Apa kids jaman now masih begini?
Itu kisah lama, karna kutulis menjadi abadi dia.. hehe
Lina? Nama ini selalu menginspirasi. Selamat menjadi steemians. Hehee
Terimakasih Andy Firdaus Lan ok :)
Lina!? Selalu menginspirasi banyak orang. Selamat menjadi steemians. Hehe
Lina adalah seseorang yang pernah kau puji masakannya enak saat di Mampang Ndy @andifirdhaus waktu kita meugang bareng hehe