The story of Pilk Syahidnya Teungku Abdullah Syafii Sang Pejuang Aceh, Defend his country
Kisah Pilu Syahidnya Teungku Abdullah Syafii Sang Pejuang Aceh, Membela Negerinya.
#Gambar.
🙏TEUNGKU Lah (panggilan Abdullah Syafii) adalah sosok bersahaja, sebagai pejuang ia ternyata juga orang yang ramah kepada siapa saja, termasuk ramah juga kepada lingkungan hutan saat beregrilya.
🙏TEUNGKU Lah (call Abdullah Syafii) is a humble figure, as a fighter he is also a friendly person to anyone, including friendly also to the forest environment when beregrilya.
👀Di mata masyarakat tempat ia tinggal, lelaki tersebut sebagai sosok sederhana nan alim. Dia pun tidak bicara "crah beukah", sifatnya yang santun membuat orang tidak pernah marah kepadanya dan bila ia berbicara berisi petuah dan bijaksana.
👀In the eyes of the community where he lived, the man as a simple figure nan alim. Nor does he speak "crah beukah", his polite nature keeps people from getting angry with him and when he speaks with advice and wisdom.
🎤Setiap warga selalu senang bila sempat duduk satu majelis dengannya. Orang-orang tidak takut kepadanya namun dia sangat disegani. Bila ada yang melakukan kesalahan bukannya marah tapi ditegur baik-baik olehnya. Sehingga banyak orang simpati kepadanya dan malu-malu ketika berhadapan dengannya.
🎤Everyone is always happy when he has sat an assembly with him. People are not afraid of him but he is very respected. If anyone made a mistake instead of anger but reprimanded well by him. So many people sympathize to him and be shy when dealing with him.
🎯Di saat ia sedang bergerilya menjelajah hutan bersama pasukannya, terkadang didapati hidupnya sekarat dan serba kekurangan dan ketiadaan stok makanan (logistik), namun ia tetap lebih memilih bersusah payah mencari sendiri apa yang bisa dimakan tanpa menyusahkan anak buahnya. Bahkan ia memberikan keleluasaan terhadap anak buahnya yang ingin makan enak dengan berburu dan memakan daging Rusa (yang ditembak di hutan).
🎯When he was in guerrilla traveling forests with his troops, he sometimes found his life dying and lacking and lack of food stock (logistics), but he still preferred to bother looking for what can be eaten without distressing his subordinates. In fact he gave the discretion of his men who wanted to eat well by hunting and eating Deer meat (which was shot in the forest)
🌏Dialah orangnya yang bangga ketika dapat membuktikan diri sebagai orang yang peduli pada bangsanya dengan menjadi pejuang yang siap berkorban darah dan air mata.
🌏He was the proud man when he could prove himself as a man who cared for his people by being a fighter ready to sacrifice blood and tears.
Detik-detik Ajalnya TibaThe Minutes of His Arrival!
🌌Di suatu malam dini hari menjelang Subuh, terdengar dari kejauhan letusan senjata mengoyak heningnya pagi buta saat itu. Ternyata suara itu bersumber dari kontak tembak yang terjadi di areal persawahan Alue Mon, Cubo, kecamatan Bandar Dua, Pidie.
🌌In the night before dawn, heard from a distance of gunfire ripping silently at the beginning of the morning. It turns out that the voice came from the shoot that occurred in the rice fields Alue Mon, Cubo, Bandar Dua district, Pidie.
🌄Subuh itu, 22 Januari 2002, Teungku Abdullah Syafie dan pengawalnya yang turun ke Alue Mon, rupanya pergerakan mereka telah tercium pasukan TNI yang sedang mengintai. Perang pun meletus. Laga ‘timah panas’ dari moncong senjata AK kontra SS1 dan M16 membahana memecah sunyi.
🌄The body, January 22, 2002, Teungku Abdullah Syafie and his bodyguard who descended on Alue Mon, apparently their movement has been smothered by TNI troops who are lurking. War broke out. Action 'hot tin' from the muzzle of weapons AK counter SS1 and M16 blasted breaking.
😭Auuu...” Jala menjerit, kena tembakan dan ia merintih kesakitan. Kombatan GAM dari Panteu Breuh, Desa Abah Lueng ini terus saja merintih-rintih dalam kesakitan. Jala (nama panggilan untuk Jalaluddin) pengawal Tengku Abdullah Syafi’i. Pertempuran pun terjadi antara pasukan pengawal Teungku Lah versus pasukan TNI dari Ton-2 Kompi Yonif Linud 330 yang dipimpin Serka I Ketut Muliastra semakin sengit.
😭Auuu ... "Nets screamed, got shot and he moaned in pain. GAM combatant from Panteu Breuh, Abah Lueng Village continues to whimper in pain. Jala (nickname for Jalaluddin) bodyguard of Tengku Abdullah Syafi'i. Fighting ensued between troop escort Teungku Lah versus TNI troops from Ton-2 Company Yonif Linud 330 led by Serka I Ketut Muliastra increasingly fierce.
🔫Teungku Lah mengeluarkan peluru yang bersarang di kaki Jala. Lalu, Teungku Lah membubuhkan ie babah (air dari mulut) pada luka kaki Jala. “Bek moe lee,” kata Teungku Lah pada Jala. Jala merasakan kondisinya mulai membaik. Ia kembali menembak, membantu rekannya membalas gempuran pasukan pemerintah.
🔫Teungku Lah put out a bullet lodged at the foot of the net. Then, Teungku Lah affixed ie babah (water from the mouth) to nets foot wounds. "Defender moe lee," Teungku Lah told Jala. Jala felt his condition begin to improve. He fired back, helping his colleagues retaliate against government forces.
🔫Tidak lama berselang, tiba-tiba Teungku Lah kena tembak. Jala yang menempel Teungku Lah mencoba membantu Panglima Komando Pusat Teuntra Aceh ini. Jala ingin memapah Teungku Lah untuk ke luar dari arena kontak tembak, tapi malah ia mengatakan "bek (jangan) begitu kata Teungku Lah yang melarangnya.
🔫 Not long ago, suddenly Teungku Lah got shot. The mesh attached to Teungku Lah tried to help Commander of Central Command Teuntra Aceh this. Jala wants to lure Teungku Lah out of the firing range, but instead he says "defender (do not) so Teungku Lah says that forbids it.
🔃Nyoe ka troh nyang lon lakee, ka troh watee nyang lon preh-preh (kini sudah tiba waktunya yang saya tunggu-tunggu)” kata Teungku Lah kepada Jala.
Dalam kondisi sekarat, Teungku Lah memerintahkan Jala segera lari untuk menyelamatkan diri. Jala menolak, ia tidak ingin meninggalkan panglimanya tinggal begitu. Tapi justru Teungku Lah kembali lagi perintahkan Jala untuk kabur.
🔃Nyoe ka troh nyon lon lakee, ka troh watee nyang lon preh-preh (now is the time that I have been waiting for) "Teungku Lah told Jala.
In a dying condition, Teungku Lah ordered Jala to run for safety. Jala refuses, he does not want to leave his panglim stayed so. But in fact Teungku Lah back again ordered Nets to escape.
💪Saat lari karena diperintahkan Teungku Lah, Jala pun menemukan sebuah sumur. Dan ia masuk ke sumur itu, lalu menutup sumur dengan tumpukan jerami,” kata Puteh Binti Abbas (73 tahun), saat ditemui tim media di Desa Blang Sukon, Kemukiman Cubo, Kamis 1 September 2011.
💪When ran because ordered Teungku Lah, Jala also found a well. And he went into the well, then closed the well with a haystack, "said Puteh Binti Abbas (73 years), when met by media teams in Blang Sukon Village, Kemukiman Cubo, Thursday, September 1, 2011.
He smiled in his death
Ia yang tersenyum dalam ajalnya.
💎Puteh Abbas, dipanggil Nek Teh adalah mertua Teungku Lah. Ia mendengar cerita itu langsung dari mulut Jala tak lama setelah kejadian itu. Jala selamat setelah masuk ke sumur. Sedangkan Teungku Lah meninggal di tempat kejadian. Dari foto kematiannya tersebut, diperlihat sendiri oleh pasukan TNI setelah peristiwa itu yang mengabarkan kematian Teungku Lah (sambil tersenyum dengan luka menganga di dada).
💎Puteh Abbas, called Nek Teh is Teungku Lah's father-in-law. He heard the story directly from the mouth of Jala shortly after the incident. The net survived after entering the well. While Teungku Lah died at the scene. From the photo of his death, it was seen by the TNI troops after the incident that preached the death of Teungku Lah (smiling with a gaping wound to the chest).
🏠Anak saya, Fatimah (istri Teungku Lah) yang sedang hamil tujuh bulan, bersama para pengawal Teungku Lah juga tertembak dalam kejadian itu, mereka meninggal." Hanya dua orang yang selamat, salah satunya Jala, kata Nek Teh menjelaskan kronologis meninggalnya Teungku Lah pada media.
🏠My son, Fatimah (wife of Teungku Lah) who was seven months pregnant, with the guards of Teungku Lah also shot in the incident, they died." Only two survivors, one of them Jala, said Nek Teh explain the chronology of the death of Teungku Lah on media.
Ziarah ke Makam Teungku Abdullah SyafiiPilgrimage to the Tomb of Teungku Abdullah Syafii!
👑Makam Teungku Abdullah Syafie dijaga sendirian oleh perempuan paruh baya berusia 73 tahun. Perempuan tua itu terbungkuk-bungku menyapu halaman lantai sebuah balai yang terletak tepat di belakang rumahnya. Posisi rumahnya tak jauh dari meunasah Desa Blang Sukon, Kemukiman Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya.
👑The tomb of Teungku Abdullah Syafie is guarded alone by a 73 year old middle aged woman. The old woman huddled over the courtyard floor of a hall just behind her house. Position of his house not far from Meunasah Blang Sukon Village, Cubo Neighborhood, Bandar Baru Subdistrict, Pidie Jaya.
🌹Nek Teh, Mertua Teungku Lah Puteh Binti Abbas, demikian nama perempuan 73 tahun itu. Ia biasa dipanggil Nek Teh. Dialah mertua almarhum Teungku Abdullah Syafi’ei, Panglima AGAM yang akrab disapa Tgk Lah.
🌹Nek Teh, Father of Teungku Lah Puteh Binti Abbas, the woman's name was 73 years old. He used to be called Nek Teh. He is the deceased father-in-law of Teungku Abdullah Syafi'ei, AGAM Commander who is familiarly called Tgk Lah.
🌹Selama ini, Nek Teh sendirian yang merawat makam Teungku Lah,” kata Usman Basyah, 35 tahun, warga Desa Blang Sukon.
🌹 During this time, Nek Teh was alone taking care of the tomb of Teungku Lah, "said Usman Basyah, 35, a resident of Blang Sukon Village.
🌹Nek Teh mulai membentangkan tikar di balai beratap seng. “Balai ini dulunya berada di sana,” kata Nek Teh sembari menunjuk ke arah dekat empat makam yang berdampingan. Ketika makam mulai dipugar, balai pun harus pindah tempat.
🌹Nek Teh began laying the mats on a tin roofed hall. "This hall used to be there," said Nek Teh, pointing toward the four adjoining tombs. When the tomb began to be restored, the hall had to move.
🌱Makam tersebut adalah makam Teungku Lah, istrinya, Fatimah, dan makam Muhammad Bin Ishak serta Teungku Muhammad Daud Bin Hasyim, keduanya pengawal Teungku Lah, yang meninggal dalam kontak tembak di Alue Mon, area; persawahan kawasan pertanian. (Demikian petikan dari The Atjeh Post).
🌱The tomb is the tomb of Teungku Lah, his wife, Fatimah, and the tomb of Muhammad Bin Isaac and Teungku Muhammad Daud Bin Hasyim, both bodyguards of Teungku Lah, who died in a firefight in the Alue Mon area; paddy fields of agriculture. (Thus the passage from The Atjeh Post).
💫Kisah di atas membuktikan Abdullah Syafii menjadi inspirasi bagi masyarakat Aceh bahwa perjuangan membutuhkan keikhlasan. Di kala ajal yang menjemputnya, kiranya telah membuktikan diri, senyuman yang seakan bangga dengan pengorbanan darah dan air mata. Sehingga banyak orang yang mengatakan ia memang ikhlas dan syahid dalam berjuang.
💫The above story proves Abdullah Syafii to be an inspiration for the people of Aceh that the struggle requires sincerity. At the time of death who fetched him, would have proved himself, a smile that seemed proud of the sacrifice of blood and tears. So many people who say he is sincere and shaheed in the fight.
🙏Dengan kematiannya juga merupakan sebuah kehilangan besar bagi seluruh rakyat Aceh. Dan kini Aceh sangat merindukan dan mendambakan sosoknya yang selalu hidup dalam qalbu rakyat Aceh.
🙏With his death is also a great loss for all the people of Aceh. And now Aceh is longing and yearning for the figure who always lives in the heart of the people of Aceh.
#Atjeh Merdeka.
Salam Rakyat Aceh Buat Teungku Abdullah Syafie
by @mawardy
This is my uncle