lukisan: Iswadi Basri
Saya heran, orang zaman dulu sebegitu yakin dan percaya terhadap kabar yang dibawa oleh si pembawa kabar. Saya pun dibuat heran, orang dulu selalu optimis dengan apa yang ia kejar, sampai-sampai ia lupa dengan ajal yang akan menjemputnya. Dan pada akhirnya, ia lupa memikirkan solusi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi saat ia mati kelak.
Lihat saja, sekarang kita seolah hantu. Segala perbuatan harus diperbuat di hadapan dan mesti tampak oleh mata kepala. Perkataan dari seorang yang jujur saja dipertimbangkan, mungkin karena makanan kita selama ini berasal dari informasi-informasi palsu, pembawa berita yang dusta dan juga dari surat kabar yang kehabisan cara bagaimana agar ia tetap laris. Mereka begitu bisa jadi karena mereka takut oleh maraknya lintasan daring yang saking cepatnya bergerak, bila kita tak ikut, maka kita ditinggal, lalu kesepian.
Karena jauh jarakmu, tak bisa kau buktikan perbuatan baik dengan foto atau video, bisa saja kau disebut pendusta yang penuh dengan citra baik namun banyak kepalsuan. Ya, pencitraan agar dapat dipuji oleh orang-orang. Juga bagi mereka yang merasa perih, menjaga hubungan dari jarak jauh merupakan suatu pekerjaan yang mengeluarkan tenaga, bisa dikatakan, yang amat banyak. Tak ada penawar lain, satu-satunya jalan adalah bertemu, bukankah begitu? Sekarang Nyata bagimu ruang atau jarak adalah musuh sementara.
~
Kematian kadang-kadang menghantui kita, tapi biarlah itu menjadi kesenangan manusia dalam mempersiapkan kematiannya sendiri. Sibuk dan terlena memikirkan mati sehingga orang di sekelilingnya tersiksa oleh hantaman lain. Adapun yang berani bunuh diri dari dunianya, maksud saya disini ialah lari dari masalah, meninggalkan masalah tanpa menyelesaikannya. Menyerah begitu saja tanpa perjuangan.
Mengingat kematian terhadap apapun itu, dapat memunculkan kekhawatiran yang bisa bikin betis bergetar. Ini yang membuat orang terburu-buru, sehingga ia berlari dengan sangat kencang, dan lama-kelamaan lupa akan tujuan hidupnya. Pada akhirnya mereka jatuh ke jurang, berkat terburu-burunya. Saya sering melihat orang yang buru-buru dan ceroboh, dan pada akhirnya ia lupa harus berbuat apa setelah itu, ia terpaksa memulainya lagi dari awal. Kita sekarang hidup di zaman yang terburu-buru, tidak suka menunggu. Kupikir, kita harus mengerti bagaimana seni menunggu dan seni mengatur strategi, agar kita kelak tak menyesal dengan apa yang diperbuat. Namun, berlama-lama juga tak baik. Semua butuh proses, itu memakan waktu. Sekarang, nyata bagimu waktu adalah musuh yang tak bisa kau lawan sekuat jurus. Kematian akan selalu menghantuimu, tapi juga jangan lupa memikirkan sekitarmu. sekian & love you forever
Berehhh..!. Love you forepap.!.
Wop, simpan lovenya buat yang membutuhkan lebih dahulu. Hehehe
Forepap keu awakkah mntg..he
Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by cucoabuchiek from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.
If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.
Congratulations @cucoabuchiek! You received a personal award!
Click here to view your Board of Honor
Congratulations @cucoabuchiek! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!